
Tiga Hal yang Harus Dimiliki Perusahaan untuk Atasi Isu, Konflik dan Krisis

Firsan Nova, CEO Nexus Risk Mitigation & Strategic Communication dalam acara acara “Corporate Communication Talk” yang diselenggarakan Theiconomics.com, Jumat (15/12)/Dok. Iconomics
Legalitas, narasi dan relasi adalah tiga kata kunci yang kerap ditemui Firsan Nova, CEO Nexus Risk Mitigation & Strategic Communication dalam menangani masalah (issue), konflik (conflict) dan krisis (crisis) di perusahaan.
Tiga hal tersebut sekaligus juga menjadi “arena perang” yang kemudian menjadi wilayah bermain praktisi Public Relation (PR).
Legalitas antara lain terkait dengan perizinan. Ada perusahaan yang sudah menjalankan bisnisnya, tetapi “belum selesai legalitasnya.”
Legalitas ini juga termasuk konlfik tanah, isu yang sering kali memicu terjadinya pembunuhan, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Tetapi legalitas saja tak cukup, kata Frisan dalam acara acara “Corporate Communication Talk” yang diselenggarakan Theiconomics.com, Jumat (15/12).
Firsan mengatakan ada seorang bos perusahaan sawit di Indonesia. Reputasi si bos sangat baik, masuk dalam jajaran The Most Admired Chief Executive Officer (CEO). Perusahaannya juga kerap melakukan kegiatan sosial melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Tetapi CEO dan perusahaan sawitnya, kemudian tetap dipersepsikan jelek oleh komunitas masyarakat adat di wilayah operasinya.
Karena itu, menurut Firsan, selain legalitas, narasi juga sangat penting bagi sebuah perusahaan.
Tetapi legalitas dan narasi juga belum cukup. Selain itu, perusahaan juga membutuhkan relasi yang kuat. Ada perusahaan yang legalitasnya aman, narasinya juga sudah oke. Tetapi, perusahaan tersebut masih kerap menjadi sasaran pemerasan oleh oknum tertentu.
Di sinilah pentingnya relasi. “Kasih sinyal bahwa Anda punya relasi yang kuat,” ujar Frisan yang juga pengajar Magister Komunikasi di Universitas Bakrie, Jakarta ini.
Frisan berpesan agar membangun relasi seluas-luasnya sebelum masalah menghampir, sehingga ketika masalah terjadi bisa ‘dimanfaatkan’ untuk mengatasi masalah.
“Sebelum ada apa-apa temanan dulu. Kalau sudah ada masalah tinggal telepon,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan peserta terkait stakeholder – misalnya media – yang tidak bisa didekati semuanya, sehingga tetap ada yang menulis pemberitaan negatif tentang perusahaan, Frisan mengatakan perlu malakukan pemetaan (mapping).
Secara umum ada tiga jenis stakeholder yaitu proponent, opponent dan pihak yang netral.
“Posisi yang tidak boleh terjadi adalah ada single narrative,” ujarnya.
Karena itu, harus ada peyeimbang. Pujian dan kritikan akan selalu ada. Stakeholder yang opponent bisa diubah menjadi proponent melalui komunikasi. Bila kemudian engagement yang dilakukan tetap gagal, maka “mesti mengikhlaskan.”
“Yang tidak boleh adalah nol pujian, banyak kritikan,”ujarnya.
Leave a reply
