Agung Laksamana Beberkan Bagaimana Praktisi Humas Harus Membangun Reputasi

0
1677

Membangun dan menjaga reputasi (reputation) menjadi topik yang selalu relevan bagi dunia praktisi komunikasi.

“Membangun reputasi adalah membangun trust,” ujar Agung Laksamana, Founder of Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) dalam acara Workshop & Seminar Indonesia Public Relations Summit 2022 “Rebuilding With Reputation” yang digelar Theiconomics, Kamis-Jumat, 28-29 Juli 2022, di JS Luwansa Hotel, Jakarta.

Namun, menurut pria yang juga menjabat EVP Government Relations, External Affairs & Corpcomms PT Freeport Indonesia ini, kepercayaan (trust) harus berbarengan dengan verifikasi (verify).

Agung mengutip kembali frasa yang pernah disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat ke-40, Ronald Reagan. Sekitar 35 tahun lalu, tepatnya Desember 1987 di White House, D.C, di White House, berlangsung event besar dunia yaitu penandatanganan perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty yang dihadiri pemimpin Rusia Mikhail Gorbachev bersama Presiden Amerika Serikat  Ronald Reagan.

Dalam closing pidatonya, Presiden Reagan berkata dan mengambil sebuah kutipan dari pribahasa Rusia, “Doveryai, no proveryai” yang dalam bahasa Inggris berarti “trust but verif” atau percaya tetapi harus diverifikasi.

Baca Juga :   Mengapa Pariwisata Indonesia Perlu PR!

Mikhail Gorbachev tersenyum mendengar frase itu, kemudian ia menyindir Presiden Reagan. Dia bilang, ‘Presiden Reagan Anda selalu mengulang kalimat-kalimat ini dalam setiap pertemuan kita. Semua hadirin tertawa. Reagan tidak kalah cepatnya mengatakan , ‘Well I like it Mr Gorbachev.’

Sejarah pun kemudian mencatat bahwa Presiden Reagan-lah yang mempopulerkan frasa trus but verify ini.

Agung mengatakan trust but verify ini sangat relevan dengan rebuilding reputasi. Menuurtnya, dalam industri dimana hidup dan mati dipertaruhkan, trust dan verifiy itu sangatlah kritikal. Sebagai contoh dalam industri farmasi, industri prosedur bedah, kesehatan dan segala macamnya. Di sana ada trust, tetapi harus tetap dikonfirmasi. Hal yang sama juga selalu dilakukan oleh pilot dan co-pilot. Di dalam kokpit, mereka selalu membaca prosedur chek list, meski mereka percaya dengan mesin pesawat.

Dalam konteks dunia komunikasi, jumlah media di Indonesia begitu banyak. Bahkan, Agung mengatakan, Dewan Pers pernah menyampaikan jumlah media di Indonesia mencapai sekitar 47.000 media. Sayangnya, 79% diantarnya media abal-abal dimana informasi yang disajikannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Media sosial juga menjadi instrumen untuk menyebarkan berbagai hoax dan fake news.

Pada saat yang sama, kondisi tingkat literasi masyarakat Indonesia juga rendah, sehingga mudah percaya pada berbagai hoax dan fake news. “Dalam konteks inialah mau tidak mau praktisi PR dan komunikasi harus trust dan verify,” ujar Agung.

Baca Juga :   Navigasi Peran Public Affairs di 2024!

Pentingnya trust juga karena berbanding lurus dangen kecepatan dan biaya. Agung mengatakan penulis Stephen M. R. Covey pernah mengajukan sebuah pertanyaan, apakah trust bisa berdampak kepada real bisnis dan bottom line ekonomi? Covey mengusulkan formula yang sederhana bahwa trust berdampak pada dua hal yaitu speed dan cost, kecepataan dan biaya. Artinya, ketika trust tinggi, kecepatannya juga cepat dan biaya pun redah. Tetapi bila trust rendah dan speed rendah, biaya pun menjadi tinggi.

Covey memberikan contoh sebelum tragedi 9/11 di World Trade Center, Amerka Serikat, berangkat ke airport biasanya 30 menit sebelum pesawat take off, karena tidak ada prosedur-prosedur chek in dan segala macam yang ketat.

Tetapi setelah 9/11, yang menggucang dunia itu, sistem di airport semua berubah demi meningkatkan kepercayaan dan keselamatan penumpang.

“Semua security clearance di airport bertambah. Mau tidak mau, Anda dan saya harus menyiapkan 1,5 jam sampai 2 jam kalau mau berangkat domestik. Kalau internasional flight 3 jam bahkan. Karena apa? Untuk memastikan airport security clearance. Artinya, ketika trust turun kecepatannya makin lambat, waktu kita antre makin panjang dan otomatis biaya airport juga harus besar untuk menyiapkan security system mereka,” ujar Agung.

Baca Juga :   Berbagi Perspektif Tentang Peran Humas Dalam Penanganan Krisis Internal, SiCepat Ekspres Gelar Seminar Bagi Mahasiswa UI  

Trust tinggi, kecepatan tinggi, biaya rendah. So, rebuilding about reputation is about trust. Namun, yang lebih kritikal lagi, sebagai praktisi PR dan public affair, kita harus memiliki sense of trust but verify,” tutup Agung.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics