
Survei Optimisme Ekonomi Disebut Bisa Dimanfaatkan Capres yang Identik Rezim Ini

Tangkapan layar, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya (kanan)/Iconomics
Hasil survei Charta Politika Indonesia menemukan 47,0% responden menyatakan kondisi ekonomi Indonesia berada dalam kondisi baik dan 5,7% menyebut kondisinya sangat baik. Sedangkan, 42,2% menilai kondisinya buruk, 3,8% sangat buruk dan tidak tahu atau tidak jawab 1,5%.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, penilaian publik terhadap kondisi perekonomian nasional menjadi suatu gambaran yang paling jujur karena dirasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan pertanyaan bidang hukum atau politik yang kecenderungannya responden menjadi seorang pengamat, belum tentu terkait langsung dengan kehidupan mereka,
“Hampir berimbang ya kalau kita lihat antara yang menyatakan baik dan buruk,” kata Yunarto dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
Menurut Yunarto, dari sisi tren, memasuki periode November 2022, tingkat persepsi yang menyatakan baik mengalami peningkatan ketimbang yang menyatakan buruk. Ini tentu saja menjadi baik bagi pemerintah karena Indonesia berada dalam situasi ketidakpastian ekonomi global.
“Tapi kabar baiknya adalah di situasi seperti ini pun di bulan November kemarin kita sudah nyalip angkanya yang menyatakan baik dan bertahan bahkan naik angkanya sekarang di 53%, dan 46% yang menyatakan buruk,” ujar Yunarto.
Calon presiden 2024 yang identik dengan rezim saat ini, kata Yunarto, bisa memanfaatkan kepuasan publik dari sisi optimisme perekonomian dalam satu tahun yang akan datang. Sebaliknya, tingkat kepuasan rendah, dan optimismenya rendah, kecenderungan calon presiden yang dianggap sebagai antitesis dari pemerintah sekarang lebih punya peluang untuk menang.
“Nah, ketika ditanya soal itu, 65,4% responden menjawab optimistis, 27,2% tidak optimistis dan 7,5% memilih tidak tahu atau tidak jawab. Dilihat hasil survei sebelumnya, responden yang cenderung memilih tidak optimistis pernah sekali terjadi pada periode Mei 2020. Namun, secara keseluruhan meski menyatakan ketidakpuasan, respons publik masih optimistis terhadap perekonomian nasional,” kata Yunarto.
Berdasarkan hal tersebut, kata Yunarto, maka pemerintah punya moda besar dalam situasi ketidakpastian ekonomi global itu. Apalagi Presiden Joko Widodo juga mengatakan situasinya masih gelap dan beberapa negara terancam resesi pada 2023.
“Kabar baiknya dari outlook yang dilakukan beberapa ekonom terkait Indonesia, beberapa negara di luar akan mengalami resesi, tapi Indonesia seharusnya tidak akan mengalami resesi, paling hanya akan masuk level slowing down,” ujar Yunarto.
Survei ini dilakukan dari 8 hingga 16 Desember 2022 secara tatap muka langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur, dengan jumlah sampel sebanyak 1.220 responden yang tersebar di 34 provinsi. Survei ini menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ± 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.
Leave a reply
