Soal Vaksin Gotong Royong, Anggota Komisi VI Usul Rapat Gabungan Lintas Komisi

0
230
Reporter: Rommy Yudhistira

Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade mengusulkan menggelar rapat gabungan Komisi VI, Komisi IX, dan Komisi III DPR untuk membahas vaksin Gotong Royong yang akan kedaluwarsa pada 2023. Soalnya, salah satu penyebab vaksin Gotong Royong tidak bisa didistribusikan karena ada masukan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menurut Andre, rapat gabungan itu penting mengingat stok vaksin Gotong Royong yang ada saat ini berjumlah 3,5 juta dosis dengan perkiraan Rp 400 miliar hingga Rp 500 miliar. Karena itu, penting segera mencari solusi menyelesaikan masalah ini agar PT Bio Farma (Persero) tidak terseret masalah hukum lantaran vaksinnya belum terdistribusikan.

“Kita carikan solusinya supaya jangan sampai teman-teman di sini sudah berjuang mau membantu negara, menyiapkan kebutuhan vaksin. Kalau tidak, expired tahun depan, akan ada temuan BPK, dan mereka (Bio Farma) bisa masuk penjara. Ini kita harus cari solusinya,” ujar Andre di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (24/11).

Meski begitu, Andre juga mempertanyakan rencana Bio Farma yang ingin memproduksi 20 juta dosis pada 2023. Padahal, perusahaan milik negara itu dinilai masih memiliki vaksin Gotong Royong yang akan kedaluwarsa tahun depan.

Baca Juga :   Ekonomi Syariah Bisa Manfaatkan Teknologi Digital untuk Dorong Pertumbuhan

“Di satu sisi Bio Farma tadi menjelaskan akan memproduksi 20 juta dosis vaksin dari tahun ini hingga tahun depan. Padahal dulu awalnya disuruh beli 7,5 juta dosis vaksin Gotong Royong untuk dipergunakan. Ternyata 7,5 juta itu datang, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mendapatkan vaksin hibah, sehingga vaksin Gotong Royong itu hanya laku 4 juta dosis,” ujar Andre.

Sementara itu, Direktur Keuangan, Manajemen Risiko dan SDM Bio Farma I.G.N. Suharta Wijaya mengatakan, memasuki periode 2022, pendapatan dari produk-produk terkait Covid-19 mengalami penurunan. Dengan demikian, Bio Farma harus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pendapatan dari produk reguler.

“Untuk mengatasi perbedaan jumlah penjualan produk Covid-19 related di 2021, perusahaan memperbaiki kinerja penjualan produk reguler vaksin, bulk-ekspor dan retail. Walau hingga kuartal III secara laba bersih baru mencapai Rp 144 miliar,” ujar Suharta.

Meski penjualan vaksin Covid-19 menurun secara signifikan dari periode 2021 hingga Kuartal III/2022, kata Suharta, Bio Farma berhasil mencapai penjualan produk reguler senilai Rp  3,4 triliun. Faktor penjualan tersebut didorong adanya pemenuhan atas permintaan vaksin dasar pemerintah seperti Polio, MR, Pentabio, BCG, dan IPV.

Baca Juga :   Komisi VII Minta PLN Tingkatkan Keandalan Sistem Listrik di Indonesia, Ini Jawaban Dirut

“Salah satu yang mempengaruhi capaian laba bersih di Bio Farma adalah beban pengembangan dan uji klinis produk-produk baru seperti IndoVac yang telah di-launching di awal November 2022 oleh presiden dengan target produksi sebesar 20 juta dosis di tahap awal,” kata Suharta.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics