
Maksimalkan Potensi Ekonomi Digital dengan Peningkatan Literasi Masyarakat

Tangkapan layar, anggota Komisi XI DPR Puteri Anetta Komarudin/Iconomics
Pandemi Covid-19 disebut membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi digital. Kondisi itu tercermin dari pendapatan negara dari sektor ekonomi digital yang mencapai US$ 44 miliar pada 2020. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat 3 kali lipat menjadi US$ 124 miliar di 2025.
Untuk mewujudkan potensi itu, kata anggota Komisi XI DPR Puteri Anetta Komarudin, pemerintah harus optimal dalam menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya terkait dengan belum meratanya literasi digital di kalangan masyarakat.
“Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat indeks literasi digital nasional yang masih rendah yaitu masih 3,47 dari 4. Sementara survei Literasi Digital Indonesia tahun lalu masih menemukan ketimpangan digital antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Generasi milenial yang lebih paham digital dengan generasi yang lebih senior,” kata Puteri dalam diskusi virtual, Selasa (26/10).
Selain itu, kata Puteri, pembenahan juga perlu dilakukan dari sisi dunia bisnis yang menyangkut dengan literasi keuangan digital. Ketimpangan yang terjadi antara pelaku usaha menjadi permasalahan yang harus segera dibenahi jika ingin memanfaatkan sektor digital apabila ingin berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
“Bappenas salah satu mitra Komisi XI juga menyebut bahwa kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan mengeksplorasi teknologi ditigal juga masih kurang, karena berdasarkan data World Digital Competitiveness, ranking Indonesia di tahun 2020 berada di peringkat ke-56 dari 63 negara. Jadi kita paling bawah, 10 juara paling bawah,” ujar Puteri.
Menurut Puteri, sebagai salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia, maka hal tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kemudian, literasi digital juga perlu didorong dengan didukung ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang memadai dari pemerintah.
“Permasalahannya tidak hanya sebatas dari ketersediaan akses saja, tapi bagaimana kita bisa mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan suatu aplikasi ataupun platform digital termasuk mencerna informasi yang ada di dalamnya,” ujar Puteri.
Upaya peningkatan literasi digital yang dilakukan secara masif, menurut Puteri, masyarakat akan lebih memahami baik dari sisi positif maupun negatifnya. Dengan begitu tentu masyarakat tidak akan mudah tertipu dengan berita bohong dan pinjaman daring ilegal yang sedang marak di Indonesia.
Karena itu, kata Puteri, pihaknya berharap pengembangan digitalisasi dapat bersifat inklusif dan merata bagi masyarakat di seluruh Indonesia. “Jadi suatu hari nanti kita berharap tidak ada lagi korban robot trading ilegal, pinjaman online ilegal, dan semua hal-hal ilegal, yang awalnya berasal dari kekurangan literasi digital ini,” katanya.
Leave a reply
