Anggota Komisi XI Soroti Strategi Kenaikan Suku Bunga BI, Ini Jawaban Perry Warjiyo

0
332
Reporter: Rommy Yudhistira

Anggota Komisi XI DPR Charles Meikyansah mendesak Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan strategi menaikkan suku bunga acuan yang sepanjang tahun ini sudah dilakukan sebanyak 4 kali dengan total basis poin mencapai 175.

“Pertanyaan kami seberapa besar efektivitas kenaikan suku bunga terutama untuk meredam kenaikan inflasi dan stabilitas nilai tukar? Karena kita tahu saat ini inflasi juga masih kita tekan dan nilai tukar itu terdepresiasi pada kisaran 5.600-an pada satu pekan terakhir,” kata Charles di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (21/11).

Charles mengatakan, pihaknya khawatir dengan kondisi global yang saat ini berada dalam situasi tidak menentu,. Daya beli masyarakat akan mengalami penurunan, dan biaya produksi akan meningkat sehingga hal-hal tersebut perlu dijaga agar kondisi buruk yang tidak diinginkan dapat dihindari.

Selain itu, kata Charles, BI dinilai mampu menjawab tantangan tersebut lewat strategi dan kebijakan yang diterbitkan untuk meminimalisir dampak dari kenaikan suku bunga. Kendati demikian, BI perlu untuk mengambil langkah antisipasi dampak negatif dari kenaikan suku bunga acuan.

Baca Juga :   Setiap Fraksi Diminta Pandangannya soal RAPBN 2024 yang Fokus pada 4 Ini, Apa Saja?

“Kondisi ekspektasi ini akan berdampak pada kondisi ekonomi, yaitu tertahannya investasi dan macetnya konsumsi dari pelaku ekonomi. Dengan demikian, dampak lain dari kenaikan suku bunga terhadap ekspektasi negatif ini perlu dipikirkan oleh BI, dan kira-kira bagaimana strategi BI menanggapi masalah ini?” ujar Charles.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan untuk mengambil langkah tersebut merupakan buntut dari situasi global yang terjadi saat ini. Ketika membahas asumsi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada Juli 2022 yang lalu, situasi global yang terjadi, belum seperti yang sekarang ini.

“Dari Juli (2022) hingga sekarang ada beberapa kejadian yang memang pada waktu itu kita tidak memperkirakan. Satu, perang Rusia dan Ukraina, dolar yang sangat kuat, Fed funds rate yang terus meroket, inflasi yang sangat tinggi, dan resesi di beberapa negara maju. Kita waktu itu tidak pernah membayangkan akan ada penyesuaian harga BBM,” ujar Perry.

Atas dasar tersebut, BI perlu mengambil langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk menyesuaikan dengan kondisi perekonomian yang terjadi, salah satunya yakni dengan menaikan suku bunga acuan.

Baca Juga :   Dituding “Menteri Segala Urusan”, Luhut: Saya Hanya Laksanakan Perintah Presiden

“Kami mencoba sesuai mandat kami, segera mungkin menurunkan inflasi inti, sehingga kenapa kami harus menaikan suku bunga. Ini juga tentu saja kami mempertimbangkannya, dengan bagaimana supaya tidak membebani APBN,” ucap Perry.

Lebih jauh Perry mengatakan, pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan maupun rencana BI dapat dibahas lebih mendalam di rapat penyusunan Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2023 dan pembentukan panitia kerja atau panja yang rencananya akan digelar pada sore ini.

“Beberapa kondisi-kondisi itu yang terus terang kami kalibrasi lagi. Oleh karena itu, kita mohon arahan di dalam panja,” kata Perry.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics