
Anggota Komisi VI dan Pengamat Sebut Investasi Telkomsel di GoTo Bernilai Tambah

Anggota Komisi VI Harris Turino/Dokumentasi DPR
Anggota Komisi VI Harris Turino menilai investasi PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) ke PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk harus dilihat dalam jangka Panjang. Karena, perusahaan digital semacam GoTo pada tahap awal kerap menjalankan strategi cash expense atau dikenal dengan membakar uang.
“Pada masa-masa awal pasti merah. Tetapi profitabilitas di perusahaan-perusahaan seperti ini, kalau kita sepakat is not anymore the king, especially short time profitability. Tetapi growth,” kata Harris di Kompleks Parlemen ketika rapat dengar pendapat umum Panja Investasi BUMN Komisi VI, Rabu (29/6).
Menurut Harris, pertumbuhan jangka panjang dari network effect yang tercipta dapat memicu penambahan nilai dan pertumbuhan cukup signifikan di masa mendatang. Terlebih dengan adanya integrasi yang solid antara Gojek dan Tokopedia.
“Network effect-nya akan semakin terintegrasi, sehingga ini akan meningkatkan value,” ujar Harris.
Seperti Harris, Head of Research PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, pihaknya optimistis atas investasi Telkomsel (ke GoTo) akan berdampak signifikan di masa mendatang. Strategi yang dijalankan Telkomsel tidak akan terlihat dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun, tetapi dampaknya akan dirasakan setelah jangka panjang.
“Sederhananya seperti ini, waktu Philip Morris beli saham HM Sampoerna, orang berpikir orang berpikir itu gede banget. Tapi hanya dengan 5 tahun (Philip Morris) dapat dividen kembali. Sekarang menikmati hal positif tersebut. Jadi saya melihat hal tersebut ke depannya akan seperti itu,” ujar Edwin.
Sementara itu, Direktur The Greater Hub SBM ITB Dina Dellyana mengungkapkan, keputusan Telkomsel merupakan strategi untuk memperluas ekosistem yang akan mempengaruhi network effect. Dengan demikian, potensi pemasukan Telkomsel di masa depan tidak hanya dari capital gain atau dividen gain, tapi juga didukung dengan adanya revenue stream yang semakin berkembang dengan adanya ekosistem yang luas.
“Pasti perannya lebih banyak, apalagi kalau ini kelihatannya tidak akan di-take dalam waktu yang pendek. Jadi kapitalnya saya yakin sudah compounding. Menurut saya sih ini baik,” tutur Dina.
Kontroversi Investasi
Kontroversi investasi Telkomsel ke GoTo akhir-akhir mendapat perhatian publik karena dinilai mengandung konflik kepentingan dan merugikan perusahaan milik negara tersebut. Anggota Komisi XI DPR Puteri Komarudin, misalnya, mengatakan, investasi Telkomsel senilai Rp 6,7 triliun ke GoTo diduga ada konflik kepentingan karena Komisaris Utama GoTo adalah Garibaldi Thohir yang merupakan kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir.
Sementara itu, Komisi VI DPR merespons dugaan konflik kepentingan dengan membentuk panitia kerja untuk mendalami proses investasi dari Telkomsel ke GoTo. Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Ririek Adriansyah dalam paparannya di Komisi VI mengatakan, kabar yang menyebutkan Telkomsel merugi karena berinvestasi di GoTo tidak benar. Sementara ini, selama berinvestasi di GoTo, Telkomsel memperoleh income revenue senilai Rp 473 miliar pada periode 2021.
Sedangkan pada Kuartal I/2022, kata Ririek, Telkomsel sudah memperoleh income revenue senilai Rp 153 miliar. “Kalau dikalikan 4 saja itu sudah sekitar Rp 600 miliar lebih. Sudah ada pertumbuhan 25% apabila dibandingkan dengan income revenue di tahun 2021,” ujar Ririek.
Selain itu, kata Ririek, harga saham GoTo terpantau hingga kemarin berada di angka Rp 368 per lembar saham. Jumlah tersebut mengalami kenaikan Rp 98 dibandingkan dengan ketika Telkomsel berinvestasi pada GoTo yang hanya sebesar Rp 270 per lembar saham.
Ketika IPO, kata Ririek, harga saham GoTo berada di kisaran Rp 338 di mana angka tersebut lebih rendah dari harga saham pada 2021 sebesar Rp 375. Dengan demikian, dalam interim report kepada OJK tercatat unrealized loss Rp 821 miliar walau pencapaian Telkomsel diklaim masih mendapatkan keuntungan.
“Ada investor yang masuk setelah kita. Sebelum akhir tahun itu harga saham per lembar Rp 375, sehingga tahun 2021 kita mencatat fund release dari Rp 270 menjadi Rp 375 atau setara hampir Rp 2,5 triliun,” tutur Ririek.
Leave a reply
