Presiden Jokowi Menyoroti Startup Pangan yang Masih Sedikit

0
405

Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa jumlah startup Indonesia tertinggi keenam di dunia. Urutannya dari yang tertinggi Amerika, India, Inggris Raya, Kanada, Australia, dan Indonesia. Namun sayangnya, Indonesia belum banyak memiliki startup yang berkecimpung di agrikultur.

Presiden mengingatkan dari jumlah startup yang besar di Indonesia, kategori paling besar masih di fintech 23%, kemudian retail ada 14%.

“Padahal tadi kalau kita lihat, urusan masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi. Itu adalah kesempatan, itu adalah peluang, itu adalah opportunity, dan agriculture hanya 4%. Hati-hati, ini ada kesempatan besar di situ. Karena di dalam urusan pangan itu ada yang namanya urusan produksi, ada yang namanya urusan distribusi, ada yang namanya urusan pasar. Di sini ada peluangnya semuanya, urusan distribusi ada, urusan produksinya ada, urusan pasarnya, ada peluang semuanya,” kata Presiden dalam pidatonya Startup Day BUMN.

Presiden mengatakan urusan pangan tidak hanya urusan beras saja, komoditas yang lainnya banyak sekali. Sayur pun juga macam-macam jenisnya.

Baca Juga :   PLN akan Melakukan Kajian Bersama dengan HDF Energy untuk Memperkuat Energi Ramah Lingkungan

“Pangan tidak hanya beras, hati-hati, ada sorgum, ada porang, ada cassava, ada sagu, dan lain-lainnya. Sehingga ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, dari nelayan di lautan, sampai masuk melompat ke dapurnya ibu-ibu rumah tangga. Peluangnya sangat besar sekali,” kata Jokowi.

Ia juga melihat melihat sektor kesehatan juga peluangnya sangat besar. Menurutnya, Indonesia adalah negara dengan 17 ribu pulau, 514 kabupaten/kota, dan 34 provinsi. Menurutnya, telemedisin bisa sambungkan, operasi jarak jauh bisa disambungkan dengan platform dengan aplikasi.

Presiden juga meyoroti usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Ia mengatakan Indonesia memiliki 65,4 juta UMKM. Dan masih banyak persoalan, mulai dari urusan kemasan, kualitas produksi, kapasitas produksi, tetapi di situ baru 19 juta yang masuk ke platform digital sehingga masih ada ruang yang sangat besar untuk bisa kita kerjakan di sana.

Leave a reply

Iconomics