
Ada Tren Mobil Listrik, Ancaman Bagi Program Biodiesel?

Ilustrasi biodiesel/Antara
Pengembangan mobil listrik yang lagi tren saat ini bukan merupakan ancaman bagi bahan bakar nabati (BBN) yang bersumber dari kelapa sawit. Karena itu, program mandatori biodisel harus terus dilakukan bahkan perlu ditingkatkan dari B30 saat ini.
“Potensi dari pada biofuel ke depan masih bagus. Karena untuk mobil listrik masih memerlukan suatu tahapan-tahapan,” ujar Eddy Abdurrachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam webinar nasional Strategi Penguatan Kebijakan Pengelolaan Sawit Secara Berkelanjutan, Rabu (10/2).
Kalau pun kelak mobil listrik menjadi produk massal, Eddy mengatakan sektor industri masih memerlukan bahan bakar nabati sebagai pengganti dari bahan bakar fosil untuk kegiatan industrinya.
Pada kesempatan yang sama Prof Dr.Ir. Tatang Hernas Soerawidjaja dari Institut Teknologi Bandung mengatakan pengembangan mobil listrik juga masih memerlukan waktu. “Memang sekarang berkembang mobil listrik. Tetapi kan pabrik mobil listrik baru ada satu dua. Bagaimana bisa tiba-tiba menyamai pasokan dari pabrik mobil (berbahan bakar fosil) yang begitu banyak. Saya kira mobil yang ada sekarang minimal sampai 2035 bahkan mungkin sampai 2050 masih ada,” ujarnya.
Selain itu, Tatang mengatakan saat ini dirinya bersama peneliti dari sejumlah negara seperti Jepang, Vietnam, India dan Filipina, sedang mempelajari aspek sustainability dari kedua jenis bahan bakar ini. “Peneliti gabungan berbagai negara itu sedang meneliti sebetulnya mana yang lebih sustainable, apakah mobil listrik atau bahan bakar nabati? Dua-duanya punya kelemahan,” ujarnya.
Salah satu masalah dalam pengembangan mobil listrik, menurutnya adalah ketersediaan beberapa logam untuk bahan baku baterai. Misalnya, neodymium dan dysprosium, dua logam tanah jarang (rare earth metals) yang sangat penting untuk baterai mobil listrik.
Leave a reply
