
Hanwha Life Garap Pasar Asuransi Indonesia Berbasis Digital

Yeom Kyung Seon atau David Yeom CEO Hanwha Life Insurance Indonesia (kiri)/The Iconomics
Pasar asuransi di Indonesia menjanjikan, namun kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengelola risiko boleh dibilang masih sangat rendah. Soal ini, mungkin saja karena masyarakat masih mengutamakan kebutuhan pokok.
Data PT Asuransi Allianz Life Indonesia juga menunjukkan hal serupa. Disebutkan hanya sekitar 20% dari populasi Indonesia yang memiliki asuransi, termasuk yang didapat dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Sedangkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan total tertanggung industri asuransi jiwa sebesar 53 juta orang hingga kuartal (3 bulan) pertama 2019. Jumlah ini disebut mengalami perlambatan sebesar 9,1% secara tahunan dari posisi yang sama tahun lalu sebanyak 58 juta orang.
Pasar yang menjanjikan ini pula barangkali yang ingin dijajal Hanwha Life Korea. Di bawah kepemimpinan Yeom Kyung Seon atau akrab disapa David Yeom yang berkarier sejak 2001, dengan bendera Hanwha Life Insurance Indonesia menciptakan produk asuransi berbasis digital.
Lantas bagaimana sebetulnya David membawa Hanwha Life Insurance Indonesia bertransformasi dan bagaimana sesungguhnya produk asuransi berbasis digital itu? Wartawan The Iconomics, Yehezkiel Sitinjak berkesempatan mewawancarai pria kelahiran 5 Desember 1972 itu di Plaza FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (27/10).
Dalam wawancara tersebut, David menjelaskan apa dan bagaimana Hanwha Life di Indonesia dan bertekad membawa perusahaannya menjadi 10 besar perusahaan asuransi di Indonesia. Berikut wawancaranya:
Bagaimana strategi Hanwha dalam menghadapi digital disruption? Terutama berkembangnya sektor financial technology?
Menghadapi tren tersebut, kami sudah mempunyai rencana ke depannya. Contohnya, tahun kemarin kami sudah memperkenalkan produk digital yaitu “Bucket List” dan pelanggan bisa langsung membeli produknya lewat mobile phone dan situs resmi kami, jadi nggak perlu agen untuk membeli produk kita. Kami juga sudah bekerja sama dengan beberapa rintisan-rintisan online seperti Traveloka, dan Halodoc juga. Ke depannya kami juga berupaya untuk menambahkan layanan kami ke digital.
Bagaimana strategi Hanwha Life dalam memperkuat posisinya sebagai perusahaan jasa asuransi di pasar Indonesia?
Target kita adalah untuk meningkatkan kualitas agen kita, mungkin dengan meningkatkan pendapatan agen kita supaya mereka dapat merasakan benefit dalam berkerja di Hanwha Life dan semoga itu dapat menjadi suatu model dalam agensi.
Hanwha Life kan berbasis Korea Selatan, ada 3 kantor cabang yang beroperasi di Asia termasuk Indonesia. Apa yang menarik bagi Hanwha Life sehingga ekspansi ke Indonesia?
Ada 3 alasan mengapa Hanwha Life memutuskan untuk membuka cabang di Indonesia. Pertama, Indonesia mempunyai populasi keempat terbesar di dunia, sekitar 260 juta orang. Kedua, sebagian besar dari populasi Indonesia rata-rata berusia 30 tahun ke bawah, jadi masa depan Indonesia itu masih terang. Terakhir, kita melihat bahwa Indonesia dengan segitu besar populasinya, yang berusia muda, masih belum mempunyai asuransi, jadi kami melihat potensi besar untuk mengembangkan bisnis kami di Indonesia.
Apa yang dilakukan Hanwha Life untuk menyiapkan produk yang inovatif agar dapat berkompetisi di pasar jasa asuransi Indonesia?
Kalau dari segi produk, kami mempunyai produk “Bucket List”, dan tahun depan kita akan memodifikasi produk ini untuk bisa lebih fleksibel agar bisa menangkap seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kami percaya bahwa produk seperti ini belum dimiliki oleh banyak perusahaan lainnya dan itulah salah satu hal yang dapat membedakan kita dengan perusahaan lainnya. Di program “Bucket List” ini kita juga punya satu channel yang ingin dikembangkan yaitu namanya “Licensed Influencer” yang lebih bersifat sebagai mobile agent.
Bedanya dengan agen-agen lainnya adalah biasanya setiap agen itu harus ke kantor, mempunyai target, ada tekanan juga. Sedangkan mobile agent, mereka untuk bisa lolos ujian bisa menjalani pelatihan kami melalui mobile, lewat aplikasi kami, untuk bisa belajar sendiri dan kemudian bisa datang ke kantor dan kemudian bisa mendapat komisi yang diinginkannya melalui mobile.
Adakah rencana untuk melakukan kolaborasi-kolaborasi di platform digital, seperti kerja sama Anda dengan aplikasi Halodoc?
Dari segi digital, selain dengan Halodoc di mana kami meng-cover biaya pelayanan melalui asuransi kami, kami juga sudah berkerja sama dengan Doku. Ke depannya untuk pembayaran premi kita tidak perlu lagi datang ke kantor, bisa melakukan pembayar melalui Alfamart atau Indomart untuk bisa menggunakan layanan kita. [*]
Leave a reply
