Ada Tekanan UE, Indonesia Harus Jaga Pasar Minyak Sawit di Asia Selatan

0
87

Keberlanjutan pasar Pakistan dan negara-negara lain di Asia Selatan harus dijaga. Pakistan adalah pasar yang strategis. Selain itu, ada pasar India dan Bangladesh yang harus diperhatikan.

“Di tengah tekanan dan diskriminasi dagang dari Uni Eropa terhadap komoditas minyak sawit, Asia Selatan adalah pasar strategis yang harus dijaga. Selain Pakistan, tentu saja India dan Bangladesh,” kata Direktur Eksekutif GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Mukti Sardjono di Karachi, Pakistan yang dikutip dalam siaran pers.

Total volume ekspor minyak sawit Indonesia ke Pakistan mencapai  2,5 juta ton tahun 2018. Pakistan adalah importer minyak sawit Indonesia terbesar keempat setelah India, Republik Rakyat Tiongkok, dan Uni Eropa.

Mukti juga menyampaikan concern terkait pasar India. Ada penurunan tren volume ekspor ke India. Tahun 2017, volume ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 7,6 juta ton. Jumlah ini turun menjadi 6,7 juta ton tahun 2018.

“Nah ini mengkhawatirkan. Karena sampai Oktober 2019, volume ekspor baru mencapai 3,7 juta ton,” katanya.

Baca Juga :   Pekerjaan Rumah TPT Indonesia untuk Bersaing

Mukti mengatakan penurunan ekspor produk minyak sawit tersebut tidak lepas dari kebijakan bea masuk di India. India mengenakan tarif lebih tinggi terhadap minyak sawit Indonesia daripada dari Malaysia.

“Ini membuat sawit kita kalah kompetitif dengan Malaysia. Tetapi kebijakan tersebut sudah diubah dan saat ini kita sudah dikenakan tarif yang sama dengan Malaysia,”’ kata Mukti.

Tren ekspor ke India pada bulan Oktober pun naik. Akhir 2019, pemerintah India mengeluarkan kebijakan penurunan impor tarif produk kelapa sawit. Ini tentunya memberikan sinyal positif bagi produk minyak sawit Indonesia. Namun awal 2020, India mengeluarkan kebijakan melarang  impor produk olahan minyak sawit.

Mukti mengatakan pihaknya masih menunggu penerapan kebijakan baru dari pemerintah India tersebut. Yang pasti, dua kebijakan tersebut saling bertentangan. Dan kebijakan pelarangan impor produk olahan minyak sawit dapat merugikan ekspor produk olahan minyak sawit Indonesia.

Selain India dan Pakistan, Mukti mengatakan pasar Bangladesh juga perlu ditingkatkan. Saat ini, ekspor minyak sawit Indonesia ke Bangladesh mencapai 1,4 juta ton tahun 2018.

Leave a reply

Iconomics