
Inilah 3 Hambatan Struktural yang Harus Dunia Dobrak

CEO SCBI Andrew Chia memimpin sesi diskusi dengan para siswa kelas XI SMKN 16 Jakarta/ SCBI
Para ekonom Standard Chartered melihat bahwa 2020 akan menjadi tahun ketika ekonomi global tumbuh secara terkendali dan stabil. Mereka memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan berada pada kisaran 3,3%. Dunia juga harus dobrak 3 hambatan struktural agar laju ekonomi bergerak positif.
“Kami memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,3%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan 3,1% kami untuk 2019,” kata Global Chief Economist Standard Chartered David Mann dalam acara tahunan Global Research Briefing & Investor Forum (GRB), Selasa (15/01/2020) di Jakarta.
David mengatakan Cina kemungkinan akan stabil pada tingkat minimum yang diperlukan untuk menggandakan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2020 dibandingkan 2010 (sesuai target resmi), sebelum melemah lebih lanjut pada tahun 2021. Ia juga memprediksi ekonomi Amerika Serikat (AS) melambat lebih lanjut menjadi 1,8% pada tahun 2020 dan pertumbuhan kawasan Euro tetap lemah.
Dalam laporan Global Focus – Economic Outlook 2020 mengungkap siklus positif untuk pertumbuhan global harus melawan tiga hambatan struktural jangka panjang, yakni utang, demografi dan deglobalisasi. Beban utang adalah masalah di beberapa negara besar. Peningkatan pesat dalam pinjaman pada tahun-tahun sebelumnya membantu Tiongkok mengatasi krisis keuangan global dan krisis utang Eropa. Tetapi utang yang dihasilkan akan menjadi hambatan bagi pertumbuhan di tahun-tahun mendatang. Tidak hanya utang, banyak negara di dunia akan mengalami tantangan pertumbuhan akibat populasi yang menua, seperti Jepang, Italia, Jerman, Thailand, RRT, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan dan Singapura.
Sentimen anti-globalisasi dan proteksionisme juga menjadi salah satu hambatan struktural yang signifikan. Selain ketegangan perdagangan AS-Cina yang telah menjadi salah satu catatan utama pemerintahan Trump, AS juga telah bergeser ke arah sikap yang lebih proteksionis sejak 2008. Negara-negara berkembang merupakan yang paling berisiko dari deglobalisasi lebih lanjut, setelah sebelumnya menerima manfaat terbesar dari pertumbuhan yang didorong oleh ekspor dalam dua dekade sebelumnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Standard Chartered memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1% di 2020, sedikit lebih tinggi dari 5,0% di 2019. Rupiah juga diprediksi menguat dari Rp13.900 di akhir 2019 menjadi Rp13.800 di akhir 2020.
“2020 merupakan tahun stabilisasi bagi Indonesia. Kami memperkirakan pertumbuhan akan meningkat di paruh kedua 2020 seiring momentum peningkatan investasi, dan juga konsumsi rumah tangga yang pulih dari penyesuaian harga (diharapkan terjadi di H1-2020) dan menghilangnya efek basis tinggi dari Pemilu tahun lalu,” kata Senior Economist, Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra.
Ia memroyeksikan pertumbuhan yang stabil dalam konsumsi rumah tangga dengan pasar tenaga kerja yang sehat dan meningkatnya belanja sosial pemerintah untuk meredam dampak kenaikan harga barang yang diatur pemerintah. Chief Executive Officer, Standard Chartered Bank Indonesia Andrew Chia juga menegaskan melihat fundamental Indonesia tetap sehat di tengah turbulensi ekonomi global. Ketahanan ekonomi Indonesia di 2019 membawa optimisme positif memasuki 2020. Namun demikian, Indonesia tetap harus waspada karena guncangan ekonomi global dapat memengaruhi Indonesia.
Leave a reply
