Urgensi PMN 2024 dan Subloan Bagi Indonesia Re

0
268
Reporter: Arif Hatta

PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) sangat membutuhkan suntikan dana dari pemerintah untuk memperkuat kapasitasnya sebagai perusahaan reasuransi dan memberikan ruang gerak yang lebih leluasa. Dalam paparannya kepada Komisi VI DPR RI, Direktur Utama Reasuransi Indonesia Utama, Benny Waworuntu mengilustrasikan dengan simulasi risiko yang dihadapi Perusahaan bila tidak mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada tahun mendatang.

Dengan asumsi pemberian PMN sebesar Rp1 triliun pada tahun 2024, maka Risk Based Capital (RBC) Reasuransi Indonesia Utama atau Indonesia Re lolos dari batas bawah RBC yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK memberikan panduan, RBC yang aman harus di atas 120%.

“RBC kita itu kalau tanpa PMN itu turun, Bapak dan Ibu. Tanpa PMN akan berada di 111%, dan itu di bawah threshold OJK. Kalau dikasih PMN akan naik ke 182%,” kata Dirut Indonesia Re saat menyampaikan simulasi bila mendapatkan PMN Rp1 triliun pada tahun 2024.

Saat menggambarkan simulasi rasio keuangan tersebut, Benny juga menyampaikan scale down bisnis dapat menjadi alternatif agar rasio tersebut dalam batas aman. Namun, bukan juga menjadi solusi yang pas. Kenapa?

Baca Juga :   PMN untuk Waskita Karya akan Memperbaiki Performa Perusahaan

“Kalau memang melakukan scale down artinya kita tidak bisa men-cover asuransi di dalam negeri. Mereka (Perusahaan asuransi) akan mencari dukungan reasuransi ke luar negeri, akan terjadi capital flight, memperbesar defisit neraca berjalan dari sisi sektor jasa, khususnya asuransi,” kata Benny menjelaskan.

Oleh karena itu, pemberian PMN sebesar Rp1 triliun pada tahun 2024 menjadi kunci yang sangat penting bagi Indonesia Re. Indonesia Re juga akan melanjutkan penguatan kapasitas pada tahun 2025. Perusahaan BUMN reasuransi ini akan meminta subloan sebesar Rp2 triliun kepada pemerintah.

“Jadi memang ini cara kita untuk memastikan sustainability buat perusahaan dan industri serta negara, supaya kita bisa menyerap lebih banyak lagi bisnis di dalam negeri. Dan memperkecil defisit neraca berjalan tersebut,” kata Dirut Indonesia Re.

Kapasitas yang meningkat tersebut juga akan memberikan ruang bagi Indonesia Re untuk membidik pasar luar negeri. Menurut Benny, PMN Rp1 triliun pada tahun 2024 dan subloan Rp2 triliun pada tahun 2025 juga akan menaikkan rating Indonesia Re, sehingga akan lebih mudah mengambil bisnis-bisnis dari luar negeri.

Baca Juga :   Menteri BUMN Ajukan PMN Rp44,2 Triliun, Simak Rincian BUMN yang Diajukan

“Ini mungkin akan menjadi catatan menarik, kita akan lebih leluasa mengambil bisnis di luar negeri. Ibaratnya kita bisa bales mereka. Kita bisa pick and choose bisnis yang profitable untuk dibawa kesini. Ini untuk menambal defisit neraca berjalan,” kata Benny.

Berikut ini simulasi yang digambarkan Indonesia Re saat mendapatkan PMN:

Tahun  RBC tanpa PMN (%) RBC dengan PMN (%) Keterangan
2023 122,17 122,17
2024 111,44 182,43 Dengan PMN Rp1 triliun
2025 106,47 175,49 Dengan subloan Rp2 triliun

Sumber: Reasuransi Indonesia Utama, saat dipaparkan di RDP Komisi VI, Rabu (20/09/2023)

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics