Pengesahan Akulaku Silvrr Indonesia Sebagai Pengendali BNC Tertunda

0
886

Pengesahan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pemegang saham pengendali Bank Neo Commerce tertunda. Pengesahan akan dilakukan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) lanjutan.

Dalam RUPSLB yang digelar 20 September ini, perseroan mengagendakan untuk mengesahkan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pengendali Bank Neo Commerce, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang pengambilalihan yang diatur dalam POJK No.41/POJK.03/2019 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi dan Konversi Bank Umum.

Pengesahan ini harus tertunda karena rapat belum mencapai kuorum. Kuorum yang dibutuhkan untuk mengesahkan status pengendali ini adalah 75%, sedangkan dalam rapat yang kemarin berlangsung dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 73,47%, kurang 1,53%. Karenanya perseroan memutuskan untuk menunda dan akan mengadakan RUPSLB lanjutan pada awal Oktober 2021.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan RUPSLB yang diadakan kemarin belum kuorum, sehingga pengesahan PT Akulaku Silvrr Indonesia harus ditunda sampai RUPSLB lanjutan yang akan diadakan pada awal Oktober.

“Kami sangat berterima kasih kepada publik, rekan-rekan media, dan para pemegang saham yang sudah mengikuti rapat ini, dan kami berharap pengesahan ini akan segera terjadi di RUPSLB selanjutnya,” kata Tjandra dalam siaran pers tertulis.

Baca Juga :   Pemegang Saham Setuju, Modal Dasar Bank Neo Commerce akan Meningkat Jadi Rp3 Triliun

Sebelumnya, per 26 Juli 2021 perseroan telah mendapatkan izin dari OJK dengan nomor SR-16/PB.1/2021 perihal Rencana Pengambilalihan Saham PT Bank Neo Commerce Tbk. oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics