
Dampak Covid-19, Bisnis Periklanan Terpukul hingga 35%

Ilustrasi bisnis periklanan terpukul hingga 35% karena corona/solopos.com
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) mengalami penurunan bisnis hingga 35% dalam 2 bulan terakhir sebagai dampak wabah virus corona. Industri periklanan menemukan beberapa perkembangan menarik terutama ketika wabah virus corona sedang berlangsung.
Pertama, kata Ketua Umum P3I Janoe Arijanto, dampak wabah virus corona itu membuat kegiatan brand-brand menurun secara tajam. Terutama brand dengan karakter yang fokus dalam event atau activation serta cenderung berinteraksi secara langsung dengan konsumennya.
Kedua, meski secara umum kegiatan brand menurun, namun masih ada brand yang membuat event, bahkan kegiatan promosinya pun meningkat. Brand-brand tersebut, kata Janoe, tentunya yang berhubungan dengan kesehatan dan higienitas seperti produk multivitamin, obat-obatan untuk daya tahan tubuh sampai sabun cuci tangan dan hand sanitizer.
“Industri periklanan terus berusaha mendorong goodvertising di saat pandemi ini. Goodvertising ini adalah segala bentuk komunikasi yang berempati, relevan dan memberikan solusi terhadap kompleksitas yang dialami publik,” tutur Janoe saat dihubungi, Senin (27/4).
Menurut Janoe, kebijakan bekerja dari rumah juga meningkatkan audiens atau penonton televisi. Saat bersamaan konsumsi internet pun berubah. Karena itu, para brand mengalihkan kegiatannya ke digital dengan menggunakan materi lebih sederhana dan efisien.
“Konsekuensi dari situasi tersebut, meski kegiatan brand beralih ke digital dan masih ada produksi materi digital, tapi bisnis periklanan dalam 2 bulan ini turun sekitar 30%-35% tergantung dari jenis komunikasi,” kata Janoe.
Jika situasi pandemi masih berlanjut hingga akhir tahun, Janoe memperkirakan industri periklanan akan turun hingga 35%. Bahkan jika wabah virus corona mulai menurun pada Juni nanti, tak serta merta membuat industri periklanan positif lantaran brand mengalihkan kegiatannya dalam bentuk digital.
“Karena brand-brand harus tetap eksis, di titik ini adalah rebound awal dan belum bisa dikatakan kembali ke normal. Situasi bisa dikatakan normal ketika direct activation, event dan kegiatan jual beli kembali seperti semula. Jadi sangat tergantung dengan naik turunnya situasi pandemik ini,” kata Janoe.
Industri periklanan, kata Janoe, juga akan memantau dan mensurvei perkembangan perilaku konsumen selepas wabah virus corona berlalu. Sebab, dampak wabah virus corona ini disebut mengubah perilaku konsumen menjadi sesuatu yang baru. Ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang bai industri periklanan, kata Janoe.
Brand, kata Janoe, juga menjadi bagian dari perubahan tersebut sehingga tetap mengamati perkembangan dan melakukan studi repositioning. Membuka kemungkinan brand extension dan menyiapkan banyak inovasi di bidang pemasaran, kata Janoe.
Leave a reply
