Cara “SABLENG” untuk Hadapi Tantangan Covid-19

0
4677

Periode on dan post pandemi Covid-19 tersebut disesuaikan dengan prediksi para ahli, dimana on Covid-19 pandemi berlangsung (surviving/servicing) sampai dengan Juni 2020 (quarter 2), dimana masa transisi (preparing) berada di Q2 & Q3, dan masa post Covid-19 pada periode Q3 dan Q4 yang dalam hal ini mengaktualisasi strategi untuk lifting business.

Strategi jangka pendek (surviving/servicing) meliputi aktivitas diantaranya mempertahankan brands quality, tetap konsisten melayani serta untuk mempertahankan konsumen yang loyal walaupun dalam proses ini juga harus kehilangan volume penjualan dan beberapa konsumen. Biaya operasional dalam kondisi surviving/servicing akan sedikit lebih meningkat. Bahkan harus mengeluarkan beberapa ekstra pengeluaran seperti charity campaign, promosi dan pricing juga delivering service. Layanan transaksinya berupa offline dan online untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen.

Dalam kondisi surviving/servicing, kita harus lebih memahami konsumen dalam kondisi kecemasan/ketakutan/traumatis, maka tim yang melaksanakan work on office (WFO) harus responsif serta cepat tanggap terhadap permintaan konsumen dan memberikan rasa empati dalam memberikan pelayanan. Tidak tertutup kemungkinan pula dalam kondisi surviving/servicing akan kehilangan beberapa konsumen. Oleh karena itu tim dapat memilah kembali mana konsumen yang benar-benar loyal dan profitable.

Pada saat strategi jangka panjang saat preparing, tim harus merencanakan waktu bisnis dapat pulih kembali dan boosting growth pada periode aktualisasi. Penyusunan strategi dapat berupa melakukan eksplorasi kembali apakah memerlukan re-segmentasi, re-targeting serta re-positioning dan menyusun taktik untuk mengikat konsumen, bahkan mengakuisisi calon konsumen dengan menetapkan diferensiasi melalui sellingserta marketing mix.

Pada masa transisi/preparing mungkin banyak pelaku usaha/bisnis yang bangkrut tapi tidak sedikit yang berhasil survive dan sektor-sektor usaha yang mengalami peningkatan volume penjualan yang tinggi saat kondisi surviving/servicing akan kembali ke titik normal. Dan bisa jadi bakal banyak pelaku-pelaku bisnis baru yang lahir dengan lebih kreatif dalam merespons pasar.

Kenali dan cermati sektor usaha yang sedang tumbuh pada tahun 2019, dan diprediksi akan lebih tumbuh setelah pandemi Covid-19 berakhir. Contohnya sektor jasa lainnya, sektor jasa perusahaan, pengadaan air, jasa kesehatan, kegiatan sosial dan jasa industri komunikasi, sedangkan pada sektor industri pengolahan terjadi perlambatan pertumbuhan tapi ada sub sektor kategori teknologi tinggi yang masih berkembang seperti industri kimia-farmasi dan obat tradisional, industri barang logam, komputer, elektronik, optik dan peralatan listrik, industri mesin dan perlengkapan serta industri alat angkutan.

Baca Juga :   Daewoong Pharmaceutical Beberkan Perkembangan Uji Klinis Obat Covid-19

Faktor sukses pada anticipation/planning adalah harus diiringi dengan action. Anticipation/planningtelah memunculkan ide-ide serta strategi jitu, tapi kunci suksesnya ada pada action-nya. Jangan sampai anticipation yang telah disusun hanya sebatas slogan atau syarat formal saja, namun harus lebih dari itu dan harus tereksekusi (ACT = Act Change Things).

  1. Bargaining Skill

Kegiatan bisnis atau usaha apapun bentuknya akan selalu berhadapan dengan konsumen. Oleh karena itu kemampuan bernegosiasi tim saat tahap surviving/servicing harus ditingkatkan. Kenali kondisi konsumen secara individual baik memakai pendekatan thypological character atau pendekatan golongan darah.

Bargaining skillini tidak hanya pricing saja. Namun dapat berupa kualitas layanan/servicing, assurance serta jaminan kualitas produk, layanan purna jual dst.

  1. Leadership

Definisi sederhana leadership adalah seni memotivasi sekelompok orang/atau diri sendiri untuk bertindak menuju pencapaian tujuan bersama. Dalam lingkungan bisnis, ini bisa berarti mengarahkan pekerja dan kolega dengan strategi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan

Aspek leadership harus dibangun secara kuat karena kualitas kemampuan leadership akan teruji jika menghadapi kondisi yang tidak menentu (uncertain). Leadership yang baik harus menyeimbangkan 4 kemampuan kecerdasan yaitu physical quotient, intelectual quotient, emotional quotient dan spiritual quotient yang dimiliki.

Aspek physical menyangkut anda dan tim untuk menjaga kesehatan secara fisik di musin pademi Covid-19, serta aktivitas kebugaran tubuh/olah raga dan asupan nutrisi, vitamin dan makanan yang menambah imunitas tubuh agar ditingkatkan.

Aspek intelektual merupakan selalu berpikir logis, rasional tetap dijalankan, dan ini diperlukan bagi seorang leader yang hebat.

Baca Juga :   Terima Dana Talangan Rp 4 Triliun, PTPN Group Manfaatkan untuk Capex dan Modal Kerja

Aspek emotional quotient juga perlu dipelihara, dimana dalam implementasinya menggabungkan antara kecerdasan sosial dengan kecerdasan emosional. Khusus untuk kecerdasan emosional, anda tetap harus terjaga emosionalnya. Jangan cepat terpancing dalam kepanikan untuk menghadapi masalah pandemik Covid-19 ini. Sementara untuk aspek kecerdasan sosial, pemanfaatan sarana teknologi komunikasi, medsos dst masih dapat digunakan meski tidak bertemu secara fisik.

Aspek spiritual quotient merupakan kecerdasan secara personal (hubungan horizontal antar manusia) dan kecerdasan secara moral ability (hubungan vertikal yaitu hubungan dengan sang Maha Pencipta nya). Keduanya harus seimbang.

Sehingga dalam kondisi pandemik Covid-19 berlangsung, seorang leader secara komprehensif tetap fokus, logis, berfikir kritis, sense of business yang digunakan untuk tetap survivedan merencanakan akselerasi pencapaian kinerja saat post Covid-19.

  1. Eagerness & Effort

Aspek eagerness atau kemauan yang diikuti oleh usaha (effort) yang kuat menjadi modal untuk bangkit dan tidak menyerah dengan keadaan yang sedang terjadi. Jika seseorang memiliki jiwaeagernessyang tinggi akan selalu mencari cara menghadapi kondisi gelombang pandemi Covid-19 yang melanda dan menerjang bisnis/usahanya, namun dengan sikap tanggap berani melakukan switchsementara terhadap usaha yang sedang tumbuh dan sedang memiliki permintaan tinggi yaitu bisnis handsanitizer, masker, disinfektan, baju APD, makanan dengan memanfaatkan jaringan dan relasi yang dimiliki sehingga tidak kehilangan omset penjualan yang terlalu lama.

Eagerness atau hasrat atau kemauan untuk belajar dengan hal-hal yang baru dan keluar dari zona nyaman, berkorban, berusaha optimal, berinovasi, komitmen dan disiplin.

  1. Networking – Teamworking

Dalam kondisi pandemi Covid-19, dampaknya akan dirasakan oleh semua kalangan, baik itu masyarakat, pengusaha dan pelaku usaha ataupun pekerja. Khusus bagi pelaku UMKM yang berjiwa SABLENG selalu mencari peluang walaupun dalam kondisi tekanan. Peluang biasanya tercipta karena luasnya relasi (networking) yang dimiliki.

Baca Juga :   Perkembangan Kasus Covid-19 dan Penanganan Jelang Nataru

Saat ini networking  tidak harus bertemu satu persatu secara fisik, namun juga bisa memanfaatkan teknologi seperti fasilitas medsos (WhatApp, Telegram, LinkedIn dst). Customer yang puas juga dapat sebagai pemberi referral yang bagus untuk membantu pemasaran produk dan jasa (connective selling)

Untuk proses produksi dalam pemenuhan atas permintaaan dimaksud, manfaatkanlah jaringan yang dimiliki (network), bahkan pesaing (competitor) dapat dijadikan partner dalam kondisi ini. Kekuatan networking juga harus didukung dengan kerjasama (teamworking) yang kuat.

Teamwork dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-bagian perusahaan. Biasanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan.

  1. Gainer

Gainer ini merupakan mental pemenang dimanapun, didalam kondisi apapun, terlebih menghadapi gelombang pandemik Covid-19 seperti saat in. Seseorang yang memiliki jiwa gainer selalu mencari celah untuk mendapatkan keuntungan di setiap kondisi yang dihadapi.

Dengan memadukan kemampuan intelligence quotient (ID), emotional quotient(EQ) dan spiritual quotient (SQ) yang dimiliki fokus untuk menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan demikian pelaku usaha/bisnis yang memiliki mental gainer akan dapat bertahan (survive), dan lebih terencana dalam mempersiapkan saat menjelang wabah Covid-19 mereda (preparing). Lalu saat wabah Covid-19 berakhir (aktualisasi) usahanya dapat take off lebih tinggi.

Pada akhirnya, lengkap sudah pembahasan  tantangan dampak pandemi Covid-19 bagi pelaku bisnis dengan cara SABLENG “Sebuah Motivasi untuk Bangkit”.  Tujuh poin yang terdiri dari Spirit–spiritual (S), Anticipation-Action (A), Barganing skill (B), Leadership (L), Eagerness-effort (E), Networking-teamwork (N) dan Gainer (G) bisa dijadikan guidance untuk melewati tantangan ini.

 

Oleh : Yan Indrayana, S.E, M.M

Trainer Ex-Bankir BUMN

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Halaman Berikutnya
1 2 3

Leave a reply

Iconomics