
Bedah Pasar Konsumen Indonesia

Peringkat konsumsi rumah tangga Indonesia melampaui negara tetangga di kawasannya, dengan total pengeluaran rumah tangga diperkirakan mencapai US$0,6 triliun per 2018. Angka itu diperkirakan mencakup 42% dari total pengeluaran rumah tangga di ASEAN+6 (ASEAN dan enam negara mitranya). Kami memperkirakan angka tersebut tumbuh menjadi 44% pada 2030, dengan pengeluaran meningkat dua kali lipat menjadi US$1,2 triliun– peluang luar biasa besar bagi perusahaan.
Berdasarkan atas kajian mendalam tentang setiap negara, diketahui bahwa konsumsi pribadi per kapita Indonesia sekitar US$2,4 ribu pada 2018 (konstan sejak 2010), dan diperkirakan mencapai sekitar US$4 ribu pada 2030, dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) di atas 4%.
Konsumsi pangan mencakup 51,4% dari pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia pada 2010. Dengan pertumbuhan pendapatan, persentase tersebut turun menjadi 49,5% pada 2018. Ke depan, kami memperkirakan pangan lebih rendah, mencakup sekitar 46,7% dari proyeksi kebutuhan konsumsi pada 2030 – serupa dengan kecenderungan yang ditunjukkan Malaysia dan Thailand. Proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga yang disediakan untuk kebutuhan pangan cenderung menurun seiring dengan peningkatan pendapatan dan perubahan pola konsumsi, ditandai dengan peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan bukan pangan, seperti, perumahan dan fasilitas rumah tangga, barang dan jasa. Selain itu, kami memperkirakan konsumsi condong kepada kebutuhan sekunder dengan bobot lebih rendah untuk kebutuhan dasar, seperti, pangan dan sandang.
Rasio belanja penduduk pedesaan terhadap penduduk perkotaan adalah 1:1,6
Terdapat perbedaan pola belanja antara penduduk pedesaan dan perkotaan. Pertama, belanja rata-rata penduduk desa lebih rendah. Untuk setiap satu dolar yang dibelanjakan oleh penduduk desa, penduduk kota mengeluarkan sekitar 1,60 dolar. Pada 2010, rata-rata pengeluaran bulanan penduduk kota sebesar Rp627.000, atau setara dengan 1,69 kali rata-rata pengeluaran bulanan konsumen pedesaan. Rasio ini menjadi lebih kecil, 1 berbanding 1,58, jika dibandingkan dengan rasio pada 2010. Kedua, pengeluaran konsumsi penduduk kota lebih condong untuk barang bukan pangan (54% dari total pengeluaran), sementara 56,3% dari total pengeluaran untuk konsumsi pedesaan dihabiskan untuk pangan.
Kalimantan Timur, sebagai ibu kota baru, akan mendapat keuntungan dari tingkat pertumbuhan konsumsi lebih tinggi
Pertumbuhan konsumsi Kalimantan Timur diperkirakan lebih lambat dari rata-rata pertumbuhan konsumsi nasional Indonesia karena pertumbuhan PDB provinsi itu pada saat ini tergantung pada pertambangan dan penggalian serta minyak dan gas. Namun, kami memperkirakan pertumbuhan akan dipercepat – didorong terutama oleh investasi dan migrasi internal, yang diperkirakan terjadi, karena Indonesia memindahkan ibukotanya ke Kalimantan Timur. Menurut perkiraan ekonom kami, itu dapat meningkatkan pertumbuhan PDB provinsi sebesar 0,5% hingga 1,3% sejak 2020. Kami juga memperkirakan total konsumsi rumah tangga Kalimantan Timur menjadi sekitar 44%, lebih tinggi dari perkiraan kami, dan mencapai US$18 miliar. Itu adalah kenaikan dari perkiraan awal kami, yang sebesar US$12 miliar, didorong oleh kenaikan PDB secara berangsur-angsur dan pertumbuhan penduduk pada 2030.
Pola belanja sama, namun jumlah pembeli berbeda di antara provinsi
Walaupun konsumsi pada umumnya serupa, persentase yang dihabiskan untuk konsumsi dan jumlah pembeli tidak sepenuhnya sama di seantero negeri. Meskipun provinsi di Jawa adalah dan diperkirakan menjadi bagian besar dari konsumsi Indonesia, kami juga memperkirakan provinsi, seperti, Sulawesi dan Sumatera, mencatat pertumbuhan kuat.
Analisis lima kategori produk di 15 provinsi
Dalam penelitian kami saat ini, kami menganalisis pertumbuhan dan jumlah pembeli lima produk dalam keranjang konsumsi rumah tangga sebagai proksi untuk menentukan peluang pertumbuhan di 15 provinsi. Produk tersebut adalah sereal, makanan & minuman kemasan, protein hewani (makanan laut, unggas, telur, susu, dll), tembakau & rokok dan busana & pakaian.
Meskipun kami memperkirakan Jawa akan tetap memiliki proporsi pasar terbesar, kami menyadari bahwa peluang pertumbuhan juga bisa ada di provinsi lain, seperti, Sulawesi, Sumatera, berdasarkan atas proyeksi pendapatan dan pertumbuhan penduduk.
Khusus dalam kategori produk, kami optimistis akan peluang makanan dan minuman dalam kemasan. Kami memperkirakan pengeluaran konsumsi akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 232 miliar dolar AS pada 2030, dari 107 miliar dolar AS, dengan CAGR sebesar 6,7% dari 2018, didorong oleh pertumbuhan pendapatan, urbanisasi dan efek substitusi, dari produk pokok lain, seperti, sereal.
Secara per kapita, Jakarta memiliki pengeluaran tertinggi secara nasional. Pasar provinsi lebih kecil lain (seperti, Sumatera Utara & Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung) menunjukkan pertumbuhan kuat sejak 2010, dan diperkirakan terus meningkat.
Indonesia – Pasar Consumen Terbesar di Asean
-
>18.000 pulau, 34 provinsi
-
>260 juta penduduk
-
68% berada di usia produktif (15-64 tahun)
-
PDB: USD1,16 triliun (konstan sejak 2010)
-
PDB/kapita: 4.326 dolar AS (konstan sejak 2010)
-
Pengeluaran rumah tangga/kapita: 2.411 dolar AS (konstan sejak 2010)
Indonesia adalah pasar konsumen terbesar di Asean, total pengeluaran rumah tangga diperkirakan naik dua kali lipat menjadi US$1,2 triliun pada 2030.
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan penduduk lebih dari 260 juta orang dan PDB US$1,16 triliun (berdasarkan atas harga dolar AS pada 2010) pada 2018. Sejak 2008, CAGR PDB per kapita Indonesia tumbuh 4,1% (2008-2018) menjadi US$4.326 (berdasarkan atas harga dolar AS konstan sejak 2010), lebih tinggi daripada CAGR selama 10 tahun sebelumnya (1998-2008), yang sebesar 3,3%, sebagian karena Krisis Keuangan Asia pada akhir 1990-an.
Kami memperkirakan ekonomi Indonesia akan mencatat CAGR PDB per kapita sekitar 4,5% (2018-2030F), mencapai sekitar US$7.310 (berdasarkan atas harga dolar AS konstan pada 2010) pada 2030. Dengan perkiraan pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 0,9%, ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai sekitar US$2,15 triliun (dengan harga dolar AS konstan 2010) pada 2030.
Pada saat ini, peringkat konsumsi rumah tangga Indonesia melampaui negara tetangga di kawasannya, dengan total pengeluaran rumah tangga mencapai US$0,6 triliun per 2018, mencakup sekitar 42% dari pengeluaran rumah tangga ASEAN6. Pada 2030, kami memperkirakan pengeluaran rumah tangga Indonesia naik dua kali lipat menjadi US$1,2 triliun, mencakup sekitar 44% dari pengeluaran rumah tangga ASEAN6.
Leave a reply
