Basuki Tri Andayani: Hadapi VUCA dengan VUCA

0
1147

Basuki Tri Andayani, Vice President of Corporate Communication PT Pegadaian (Persero) mengatakan lingkungan bisnis dan juga lingkungan hidup kita mengalami perubahan yang luar biasa cepat saat ini (volatility).

Perubahan itu juga memunculkan ketidakpastian (uncertainty): ketidakpastian bisnis, ketidakpastian kesempatan kerja dan sebaginya. Masalah pun semakin kompleks, dinamis dan ada saling ketergantungan yang tidak bisa dihindarkan (complexity).

Di sisi lain, kita juga menghadapi situasi yang ambigu, situasi yang multitafsir (ambiguity). Informasi tentang Covid-19, misalnya, itu hampir setiap minggu, setiap bulan terjadi perubahan informasi.

Kondisi perubahan yang begitu cepat disertai ketidakpastian dan komplekstitas persoalan serta ambiguitas tersebut sering disingkat dengan VUCA. “Ketika kita menghadapi situasi semcam ini, lalu apa yang harus dilakukan? VUCA rupanya harus dilawan dengan VUCA,” ujar Basuki dalam webinar ‘Menjadi Leader di Era Digital’, Sabtu (14/8).

Ada pun VUCA yang kedua merupakan akornom dari Vission, Understanding, Clarity dan Agility. Basuki mengatakan setiap orang terutama pemimmpin (leader) harus fokus pada outcome dan merencankan rencana kerja ke depan, termasuk anggarannya, baik yang sifatnya strategis maupun rencana-rencana operasional.

Baca Juga :   Pegadaian Gandeng Bareksa Tawarkan Tabungan Emas Pegadaian

“Perusahaan-perusahaan mulai mengubah misi, mengubah visi karena perubahan yang begitu cepat. Kita dipaksa untuk melakukan digitalisasi, kita dipaksa untuk bekerja di rumah, kita dipaksa untuk menghindarkan sosialiasi atau berhubungan dengan banyak orang (secara langsung), meskipun itu sudah menjadi budaya kita. Budaya nongkrong di warung kopi untuk membicarakan sesuatu berubah menjadi rapat-rapat di zoom seperti sekarang ini,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurut Basuki, penyesuaian-penyesuaian harus dilaukan. “Ketika kita menghadapi ketidakpastian, apa yang harus dilaukan? Yaitu sikap saling memahami, saling mendengar, saling menyimak dan berdialog (understanding),” ujarnya.

Seorang pemimpin tidak bisa lagi memutuskan segala sesuatu secara otoritarian. “Semua harus dibicarakan. Semakin banyak kepala yang memikirkan, semakin luas cakrawala pandang dari masing-masing personal terhadap suatu persoalan. Oleh karena itu akan diperoleh kejernian (clarity) dalam memandang suatu persoalan dengan perspektif yang beragam karena memang masalah yang kita hadapi betul-betul kompleks, tidak bisa hanya dengan satu hal saja kita mengambil keputusan harus mempertimbagkan banyak hal.”

Baca Juga :   Pegadaian Siap Luncurkan Pengembangan Ekosistem Emas Setelah Terbitnya POJK Nomor 17 Tahun 2024

Karena itu, juga dibutuhkan agilitas yaitu keluwesan dan kecekatan dalam menemukan alternatif-alternatif solusi. “Dulu mungkin kita berpikir bahwa kita hanya membuat rencana hanya ada plan A, plan B, tetapi sekarang kita dipaksa untuk membuat rencana plan A, plan B, plan C, plan D bahkan lebih dari itu. Kenapa? Karena situasi ketidakpastian itulah maka kita memerlukan kepemimpinan yang transformatif agar kita dapat menghadapi kondisi saat ini dengan sebaik-baiknya.”

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics