
Aprindo: Natal dan Tahun Baru Sumbang 40% Target Penjualan

Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey/The Iconomics
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimistis penjualan ritel akan meningkat menjelang Hari Raya Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey mengatakan momentum libur panjang akhir tahun biasanya membawa dampak positif terhadap bisnis ritel.
Para pelaku usaha pada umumnya memanfaatkan peak season dengan menerapkan kebijakan-kebijakan seperti diskon untuk meningkatkan animo belanja masyarakat. “Musim liburan kayak Natal dan Tahun Baru biasanya menyumbang sekitar 35-40% dari target kita,” kata Roy kepada Iconomics pada Senin (23/12/2019). Akhir tahun biasanya masyarakat akan memiliki pendapatan lebih seperti bonus tahunan. Acara atau agenda berkumpul bersama kerabat serta keluarga pasti meningkatkan konsumsi, mereka akan banyak mengonsumsi. Ini pula yang melatarbelakangi optimistis penjualan ritel meningkat.
Pendapat Roy selaras dengan data penjualan ritel Bank Indonesia (BI) yang melaporkan angka penjualan ritel pada Oktober tumbuh 3,6% year-on-year (YoY). Catatan tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada September sekaligus menjadi yang capaian tertinggi sejak Mei. “Survei BI menunjukkan, indeks penjualan (ritel) hampir 2,5 kali lipat dan di atas angka 3. Dari situ sudah kelihatan, makanya menyambut akhir tahun kita jelas optimistis. Target kita tahun ini dari peritel nasional 30-35%,” ungkap Roy.
Statistik-statistik penjualan ritel dapat menjadi bukti bahwa konsumsi masyarakat mengalami peningkatan pada kuartal IV tahun 2019. Adapun konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan kontribusi di atas 50%.Roy mengatakan masyarakat sebagai penyumbang terbesar sudah mantap, pertumbuhan ekonomi kuartal IV tahun 2019 akan sangat positif. Bahkan tidak menutup kemungkinan lebih baik dari kuartal III tahun 2019 yang hanya tumbuh 5,02%.
Oleh sebab itu, Roy menyatakan industri ritel adalah penopang utama ekonomi masyarakat. Ritel harus selalu di atas pertumbuhan ekonomi, karena kebutuhan pokok yang dikonsumsi. “Kalau tidak sesuai harapan berarti ada yang salah dan kurang,” kata Roy.
“Pertumbuhan ekonomi kita harusnya memang sekitar 7% ya, tapi ini kan baru saja pergantian (ke) Kabinet Indonesia Maju, kita tunggu saja. Harapannya tentu segitu (7%), tapi angka yang sekarang bukan angka yang jelek, itu sebuah stabilitas karena kita selalu di angka 5,1-5,2%. Jadi kita optimistis tapi juga realistis. Nah terkait Natal dan tahun baru ini, kita optimistis (penjualan ritel) bisa meningkat. Dengan begitu ekonomi kita juga terdongkrak pastinya,” tutur Roy.
Leave a reply
