8 Hal Ini akan Mempengaruhi Industri Pariwisata Tahun 2021

0
2160
Reporter: Petrus Dabu

  • Corporate Travel Policies

Perkantoran merupakan salah satu klaster penularan Covid-19 yang cukup tinggi. Jumlah pekerja yang terinfeksi Covid-19 melalui klaster perkantoran terus meningkat. Hal ini membuat perusahaan atau instansi pemerintahan semakin berhati-hati dalam membuat kebijakan terhadap karyawannya.

Selain memberlakukan work from home, aktivitas seperti perjalanan dinas dan meeting di luar juga semakin dibatasi atau bahkan ditiadakan untuk sementara. Bahkan beberapa perusahaan akan melayangkan surat peringatan kepada karyawannya yang melanggar aturan terkait perjalanan, baik untuk dinas maupun pribadi.

Hal ini membuat industri pariwisata khususnya sektor MICE terpukul cukup dalam. Segmen bisnis dan pemerintah yang banyak menyumbang pada tingkat okupansi hotel dan kursi pesawat untuk sementara harus tiarap demi menghindari resiko penularan virus Covid-19.

Kebijakan pelarangan bagi karyawan atau pegawai untuk melakukan perjalanan dinas, tentu baik bagi perusahaan karena bisa menekan biaya. Tetapi, ini merupakan berita buruk bagi sektor pariwisata dan MICE.

  • Intermittent Social Distancing Policy

Setelah menerapkan Pemabtasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pertama sejak April, pada awal Juli pemerintah kembali melonggarkan aktivitas sosial dan bisnis. Selama PSBB berlangsung, sektor pariwisata sangat terdampak. Belakangan Pemerintah DKI Jakarta kembali menerapakan PSBB sejak awal September. Model buka tutup (intermittent) seperti bukan tak mungkin akan terjadi lagi ke depan, bila kasus Covid-19 belum terkendali. “Buka tutup-buka tutup akan membuat sektor pariwisata itu diobok-obok. Makanya itu perlu dicermati,” ujar Yuswo.

  • Accelerated Digital Tourism
Baca Juga :   BMTH Ditargetkan Jadi Kawasan Ekosistem Pariwisata Khusus Entertainment dan Festival Musik

Pandemi Covid-19 menjadi menjadi akselerator bagi adopsi digital termasuk di sektor pariwisata. Yuswo mengatakan ke depan konsumen itu semakin mengurangi kontak fisik dan mengurangi dekat dengan travel agen. “Kalau bisa semua self service, kalau bisa semua dilakukan  low touch,” ujarnya.

  • Government Travel Restriction

Selama pandemi, negara-negara menerapkan kebijakan locdown dan membatasi orang-orang dari luar yang masuk ke negaranya. Ke depan, kebijakan restriksi tersebut diperkirakan masih akan terus dilakukan untuk mencega penularan Covid-19.

Saat ini, Yuswo mengatakan ada 59 negara yang melarang orang Indonesia masuk ke nagaranya dan melarang warganya untuk datang ke Indonesia. Kebijakan seperti ini tentu akan membuat tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke depan akan tetap rendah. Hingga Juli lalu, kunjungan wisman ke Indonesia turun 89,12%. Kondisi ini, menurut Yuswo diperkirakan sulit pulih cepat karena berbagai kebijakan restriksi tadi. Menurutnya butuh waktu 2-3 tahun untuk semuanya bisa kembali normal. Karena itu, dalam waktu dua tiga tahun ke depan, wistawan domestiklah yang menjadi andalan industri pariwisata Indonesia.

Baca Juga :   Redam Dampak Corona, Pemerintah akan Turunkan Harga Tiket ke 10 Destinasi Wisata

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics