
8 Hal Ini akan Mempengaruhi Industri Pariwisata Tahun 2021

Yuswohady/Dok.Inventure Knowledge
Industri pariwisata yang mengalami dampak negatif paling berat pada tahun 2020 ini karena pandemi Covid-19 diharapkan kembali bangkit pada tahun 2021. Tetapi menurut Yuswohady, Managing Partner Inventure, setidaknya ada delapan variable makro yang akan mempengaruhi sektor pariwisata, termasuk pemulihannya, pada tahun 2021 nanti.
Ke-8 variable makro ini, dalam bagan lanskap industri pariwisata 2021 merupakan bagian dari outer circle atau lingkaran luar yang menggambarkan dinamika perubahan di level makro yang berdampak pada indistri pariwisata.
Ke-8 varialbel makro tersebut adalah:
- Covid-19 Growth & Incidence
Industri pariwisata pada tahun 2021 sangat tergantung dari apakah pandemi Covid-19 ini segera terkendali atau tidak. Bila pertumbuhan kasusnya tetap naik, maka ini akan menyulitkan pemulihan sektor pariwisata.
“Karena konsumen takut dan enggak keluar. Mau dikasih diskon 90% juga enggak mau,” ujar Yuswo dalam acara virtual beberapa waktu lalu.
- Global/Domestic Recession
Sejumlah negara di dunia saat ini secara resmi sudah resesi karena mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Indonesia sendiri baru mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal kedua yaitu 5,32%. Tetapi baru-baru ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kemungkinan kuartal ketiga ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali berada di zona negatif karena konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor dan impor yang masih lesu. Konsumsi rumah tangga ini diantaranya adalah pengeluaran masyarakat untuk berlibur.
Yuswo mengatakan bila jumlah kasus Covid-19 terus meningkat alias tak terkendali, bukan tak mungkin kuartal keempat pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan negatif. “Kalau skenario pesimis itu, bahkan di kuartal pertama 2021 masih negatif, maka kita memasuki depresi atau resesi dalam waktu yang panjang,” ujarnya.
- Vaccine Production & Distribution
Saat angka kasus Covid-19 masih naik, ada secercah harapan untuk tahun depan, vaksin yang bisa membasmi penyakit ini sudah mulai diproduksi dan distribusikan. “Kalau ada harapan kayak gini, maka konsumen sentimennya akan positif. Dan sentimen positif akan diterjemahkan action untuk berani liburan,” ujarnya.
Namun, Yuswo mengingkatkan antara produksi dan distribusi dua hal yang penting diperhatikan. Karena meskipun sudah diproduksi tetapi belum didistribusikan massal, maka belum menjamin rasa aman dan percaya bagi masyarakat. Persoalan distribusi ini memang tak kalah peliknya, apalagi untuk negara yang luas dan berpulau-pulau seperti Indonesia. Isu lainnya adalah soal kemampuan vaksin itu sendiri. Apakah orang yang sudah divaksin dijamin tidak terinfeksi lagi. Bila tidak terinfeksi lagi, maka itu juga bisa memberikan rasa aman dan kepercayaan bagi masyarakat untuk kembali berakvitas bebas, termasuk berwisata.
- Event Cancellation/rescheduling
Banyak event prestisius baik di tingkat nasional maupun internasional yang pada tahun ini dibatalkan. Ada yang kemudian digelar secara virtual, tetapi banyak juga dijadwal ulang pada tahun depan.
Sebut saja ajang olahraga terbesar di dunia yakni olimpiade yang sedianya digelar tahun ini di Jepang, ditunda hingga tahun depan. Pun pagelaran sepakbola antar negara-negara eropa, Euro 2020 juga dijadwalkan ulang di tahun 2021.
Industi pameran pun ikut menjerit akibat pandemi yang telah berjalan hampir setahun belakangan. Berbagai event pameran di tanah air harus dibatalkan atau ditunda sampai kondisi pandemi sudah terkendali. Pameran otomotif terbesar di tanah air seperti GIIAS atau IIMS sudah menyatakan batal dan membuat konsep ulang pameran.
Boleh jadi bila tahun depan pandemi benar-benar terkendali dan vaksin sudah dilakukan massal, makin banyak event atau kegiatan yang dilakukan, yang ditunda dilakukan pada tahun 2020 ini. Ini tentu menjadi berkah bagi pelaku industri pariwisata dan MICE.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
