
Triwulan I 2020, Indonesia Surplus Neraca Dagang US$ 2,62 miliar

Kepala BPS Suhariyanto/The Iconomics
Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus tertinggi dengan Amerika Serikat (AS) pada triwulan I 2020. Itu tampak pada laporan ekspor dan impor Indonesia dengan AS dengan surplus mencapai US$ 3 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, berbeda dengan AS, neraca dagang Indonesia dengan Tiongkok justru menunjukkan defisit senilai US$ 2,9 miliar pada periode yang sama. Surplus neraca dagang dengan AS itu meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I tahun lalu mencapai US$ 2,2 miliar.
Pun demikian dengan India, Indonesia mengalami surplus neraca dagang senilai US$ 1,9 miliar atau meningkat dibanding kuartal I 2019 sebesar US$ 1,8 miliar. Sementar dengan Belanda surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$ 535 juta. Angka ini turun jika dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama yang mencapai US$ 629 juta.
Lalu dengan tiga negara mitra dagang ini, Indonesia mengalami defisit neraca dagang sepanjang triwulan I tahun ini. Dengan Australia, misalnya, Indonesia mengalami defisit US$ 562 Juta. Lalu, dengan Thailand, defisitnya mencapai US$ 892 juta. Yang paling besar adalah dengan Tiongkok yang mencapai US$ 2,9 miliar.
“Namun perlu diingat, defisit dengan Tiongkok ini jauh lebih kecil ketimbang tahun lalu yang mencapai US$ 5,18 miliar,” tutur Suhariyanto saat telekonferensi di Jakarta, Rabu (15/4).
Secara keseluruhan, kata Suhariyanto, neraca perdagangan Indonesia pada periode kuartal I 2020 mengalami surplus sebesar US$ 2,62 miliar. Surplus tersebut terdiri atas total nilai ekspor sebesar US$ 41,79 miliar dan total nilai impor sebesar US$ 39,17 miliar.
“Ini masih jauh lebih bagus dibandingkan posisi neraca pada Januari-Maret 2019, yang pada waktu itu mengalami defisit sebesar US$ 62,8 juta,” katanya.
Leave a reply
