
Tahun 2020, IHSG Sempat Menyentuh Level Terendah 3.937, Ketua OJK: Mudah-mudahan Tak Terulang Lagi

Seremoni penutupan perdagangan saham tahun 2020 oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto; Ketua Dewan Komisioer OJK Wimboh Santoso dan petinggi SRO/iconomics
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2020 ini resmi ditutup pada Rabu (30/12). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini berakhir di level 5.979,07 atau turun 5,09% sepanjang tahun (year to date)
Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan di awal masa pandemi bursa saham global terkoreksi cukup dalam tak terkecuali IHSG. Berbagai kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 telah memukul sektor riil dan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap kinerja emiten di pasar modal. Dus, Wimboh mengatakan IHSG pun sempat jatuh level terendah pada 24 Maret 2020 di level 3.937.
“Ini mudah-mudahan enggak terulang lagi sehingga harus kita catat dalam ingatan kita, itu adalah titik terendah pasar saham Indonesia pada masa-masa beberapa tahun terakhir,” ujar Wimboh dalam sambutannya pada penutupan perdagangan saham tahun 2020, Rabu (30/12).
OJK sendiri, demikian Wimboh telah membuat berbagai kebijakan yang tidak biasa di sektor pasar modal sejak akhir Februari lalu.
Pertama, paket kebijakan untuk mengelola volatilitas harga agar tidak terlalu terkoreksi dalam seperti pelarangan short selling, pemberlakuan trading halt jika terjadi penurunan IHSG samapi 5%, asymmetric auto rejection, mengizinakan buyback saham tanpa RUPS dan sebainya.
Kedua, realaksasi pasar modal diantaranya membolehkan aktivitas bisnis dilakukan secara elektronik diantaranya RUPS perushaaan terbuka menggunakan elektronik, relaksasi penyampaian dan masa berlakunya laporan keuangan serta pemberian insetif program biaya oleh Self-regulatory organization (SRO).
Ketiga, kemudahan pelaporan dan perizinan bagi pelaku pasar modal dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi lainnya seperti penggunaan tanda tangan elektronik pada proses perizinan dan penyampaian laporan secara elektronik.
“Kita patut bersyukur pandemik telah meningkatkan ketahanan pasar modal kita. Dimana pasar saham sudah meningkat beberapa waktu lalu sudah di atas 6.000,” ujarnya.
Pasar SBN, jelasnya juga terus menguat dengan yield turun 108 bps secara year to date dan memberikan imbal hasil yang masih menarik di antara negara kawasan.
“Penurunan yield ini merupakan insentif bagi korporasi untuk meggalang dana yang lebih murah melalui penerbitan suarat utang di pasar modal. Dengan dukungan rezim suku bunga murah saat ini merupakan momentum bagi kebangkitan pasar modal Indonesia,” ujar Wimboh.
Di tengah arus keluar dana asing di pasar modal yaitu Rp47,89 triliun di pasar saham per 29 Desember dan Rp86,83 triliun di pasar SNBN per 28 Desember lalu, IHSG, jelas Wimboh mampu menunjukkan penguatan yang didorong oleh investor domestik termasuk investor ritel. Di sisi demand, tahun 2020 ini menjadi tahun kebangkitan bagi investor ritel domestik yang semakin mendominasi transaksi saham.
“Selain itu pasar modal kita juga tercatat masih likuid dan dalam tercermin dari naiknya rata-rata frekuensi perdagangan menjadi tertinggi di Asean. Kenaikan jumlah investor pasar modal 3,87 juta investor atau naik 56% dibandingkan tahun lalu dan semakin solidnya dominasi investor ritel di Indonesia,” ujarnya.
Dari sisi suplai antusiasme korporasi untuk menggalang dana ditunjukan dengan adanya 51 perusahaan telah tercatat di bursa selama tahun 2020. Sementara total penghimpunan dana mencapai Rp118,7 triliun.
1 comment
Leave a reply

[…] pada tahun ini berakhir di level 6.581,48 atau menguat sekitar 10,08% dari penutupan perdagangan 30 Desember 2020 lalu yang berada di level […]