
Sri Mulyani Beberkan Beberapa Isu yang Mempengaruhi Pasar Modal Tahun Depan

Ilustrasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan sejumlah isu yang bakal mempengaruhi pasar keuangan termasuk pasar modal Indonesia pada tahun 2022 mendatang.
Selain pandemi Covid-19 dan harga komoditas yang meningkat, isu krusial lain yang bakal mempengaruhi dinamika pasar keuangan tahun depan adalah kebijakan moneter di Amerika Serikat dan juga dinamikan geopolitik.
Isu-isu tersebut akan berpengaruh pada aliran modal (capital flow) yang kemudian mempengaruhi pergerakan harga saham maupun aktivitas keuangan lainnya seperti penerbitan surat utang (bond) dan nilai tukar.
Dari Amerika Serikat, sentimen yang mempengaruhi aliran modal ke negara-negara berkembang adalah, pertama, pergantian pucuk pimpinan Federal Reserve (The Fed) setelah masa tugas Jerome Powell berakhir Februari 2022. Keputusan kini berada di tangan Presiden Amerika Serikat, apakah kembali memilih Powell atau memilih Chairman yang baru untuk The Fed.
Masih dari Amerika Serkiat, isu lainnya yang mempengaruhi pasar keuangan negara berkembang adalah adalah soal perdebatan mengenai pagu utang (debt ceiling) di negara itu. Saat ini batas utang Amerika Serikat adalah US$24,8 triliun. Bila tidak dinaikkan, maka pemerintahan Amerika Serikat kekurangan anggaran sehingga bisa shut down alias ditutup seperti pernah terjadi tahun 2018 dan 2019.
Isu lain dari negeri Paman Sam menurut Sri Mulyani adalah inflasi tinggi yang kini sudah berada di atas 6%. Inflasi tinggi ini akan menimbulkan komplikasi pada kebijakan moneter dan kecepatan dan kekuatan tapering yang akan dilakukan oleh Amerika Serikat.
Kemudian dari kawasan Eropa, sentimen yang mempengarihi pasar keuangan negara berkembang adalah kenaikan harga energi dan geopolitik.
Dari Tiongkok, selain terkait isu gagal bayar perusahaan properti Evergrande, China juga kini menghadapi kenaikan kasus Covid-19. Pemerintah negeri tirai bambu ini memilih melakukan lock down untuk mengatasinya. Hal ini tentu mempengaruhi perekonomiannya serta negara-negara yang menjadi mitra dagang termasuk Indonesia.
“Ini semuanya akan mempengarhi harga komoditas, capital flow, dan tentu apa yang disebut sentimen dari pasar keuangan global,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan faktor eksternal ini tentu tak bisa dikendalikan sepenuhnya oleh Indonesia. Hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah menjaga agar ekonomi Indonesia tetap resilien.
“Salah satu instrumen penting adalah kebijakan fiskal. Anda semuanya melihat kebijakan fiskal selama ini menjadi instrumen untuk menjaga stabilitas pada saat guncangan terjadi,” ujarnya.
Sri Mulyani mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia diharapkan terus berjalan hingga tahun depan. Dalam APBN 2022, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,2%. Sedangkan untuk tahun 2021 ini diperkirakan berada di rentang 3,7% hingga 4,5%.
Leave a reply
