
Sempat Kembali Melemah ke 16.000 Lebih, Bank Indonesia; Nilai Tukar Rupiah “Stabil dan akan Cenderung Menguat”

Gedung Bank Indonesia/Anadolu Agency
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sempat kembali melemah ke level 16.000 lebih pada Selasa (21/5), mengutip data kurs tengah Bank Indonesia.
Namun, Bank Indonesia menyatakan, meski masih naik turun, secara umum Rupiah stabil dan cenderung menguat.
“Nilai tukar Rupiah stabil di kisaran Rp16.000 bahkan menuju ke 15.900 dan seterusnya. Nilai tukar [memang] naik turun, tetapi secara keseluruhan Bank Indonesia melihat Rupiah stabil dan akan cenderung menguat,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Mei di Jakarta, Rabu (22/5).
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS berada di level 16.024 pada Selasa (21/5), melemah dari 15.980 pada Senin (20/5).
Perry menyampaikan ada empat faktor pendorong menguatnya nilai tukar yaitu kembali masuknya aliran portofolio asing, imbal hasil yang menarik, prospek ekonomi Indonesia yang bagus dan komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia dalam RDG 21-22 Mei, nilai tukar Rupiah secara bulanan pada Mei 2024 (hingga 21 Mei 2024) kembali menguat 1,66% (ptp), setelah pada April 2024 melemah 2,49% (ptp).
Menurut Bank Indonesia, penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh dampak positif respons bauran kebijakan moneter Bank Indonesia pada April 2024. Respons kebijakan ini mendorong aliran masuk modal asing, terutama ke SBN dan SRBI, sebesar US$ 4,2 miliar pada Mei 2024 (hingga 20 Mei 2024).
Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah melemah 3,74% dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Won Korea, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 4,91%, 5,52%, dan 5,99%.
Bank Indonesia memproyeksikan nilai tukar Rupiah akan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh imbal hasil yang menarik sejalan dengan kenaikan BI-Rate, premi risiko yang turun, prospek ekonomi yang lebih baik, dan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah.
Bank Indonesia terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah, termasuk melalui penguatan strategi operasi moneter pro-market dengan mengoptimalkan instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.
Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
Leave a reply
