
Prospek Ekonomi Indonesia Masih Cerah Tahun Ini, Simak Rekomendasi Manulife Aset Manajemen Indonesia

Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia
Prospek Pasar Obligasi dan Saham
Ezra Nazula memaparkan pasar obligasi Indonesia mencatatkan kinerja positif 3,5% di tahun 2022. Kinerja pasar obligasi Indonesia lebih baik dibandingkan pasar lainnya di kawasan Asia, seperti Hong Kong (-8,6%), Filipina (-6,0), Singapura (-5,1%), dan Thailand (-4,0%).”
Ezra menjelaskan bahwa selama tahun 2022, kurva imbal hasil pasar obligasi menunjukkan pola bearish flattening, dimana obligasi dengan tenor paling pendek (2 tahun) mengalami kenaikan imbal hasil paling signifikan (181 bps), sedangkan obligasi dengan tenor paling panjang (30 tahun) mengalami kenaikan imbal hasil paling kecil (46 bps). Jika dilihat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2012 – 2022), pasar obligasi Indonesia mencatatkan kinerja kumulatif sebesar 8,03% per tahun.
“Kepemilikan asing di pasar obligasi terlihat telah menyusut, dari semula 19,05% (Rp 891,3 triliun) pada akhir 2021 menjadi 14,36% (Rp 762,2 triliun) di akhir 2022. Rendahnya kepemilikan asing di pasar obligasi diharapkan dapat mengurangi volatilitas akibat aksi jual investor asing. Selain itu, ekspektasi berkurangnya agresivitas kenaikan Fed Funds Rate, seiring dengan inflasi Amerika Serikat yang terus mengalami moderasi, akan mengangkat sentimen global dan membawa kembali arus masuk dana asing. Di dalam negeri, diversifikasi investor domestik menjadi penopang utama, khususnya di perbankan, asuransi dan dana pensiun, serta investor ritel,” ujar Ezra.
Ezra memaparkan tiga katalis pasar obligasi di tahun 2023. Pertama, perbaikan fundamental makro. Indikator makro ekonomi yang membaik, seperti defisit fiskal di bawah target pemerintah, dapat mendukung kenaikan rating Indonesia.
Kedua, kuatnya permintaan domestik. Permintaan dari investor perbankan, asuransi, dana pensiun, dan investor ritel diperkirakan masih kuat untuk menopang pasar.
Ketiga, skenario pembukaan kembali China. Skenario dibukanya perekonomian China diperkirakan akan membantu meningkatkan sentimen positif ke pasar global.
Selain itu, risiko yang perlu diwaspadai yaitu ketidakpastian yang masih terus ada dari pasar global, seperti perang Rusia dan Ukraina, kebijakan bank sentral Amerika dan dunia yang berpotensi kembali menjadi hawkish jika data ekonomi masih kuat di atas konsensus, dan tekanan politik yang berpotensi timbul jelang Pemilu 2024.
“Kami memperkirakan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun bisa kembali ke kisaran 6,50% – 6,75%,” ujar Ezra.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
