Politikus Senayan “Menenangkan Investor Pasar Modal”, Mengapa IHSG Anjlok Tajam?

0
63

Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025 mengalami penurunan tajam, sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara (trading halt) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). 

Saat itu, Indeks ambruk mencapai lebih dari 5% sehingga perdagangan dihentikan selama 30 menit.

“Hari ini, transaksi sempat menyentuh (penurunan) 6%. Sesuai SOP di Bursa Efek, ketika (penurunan) di atas 5%, kami lakukan trading halt,” ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman dalam konferensi pers.

Iman menyampaikan keterangan pers itu bersama dengan Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad dan Komisi XI DPR RI.

Jajaran politikus Senayan ini mendatangi BEI pasca adanya penurunan tajam pada IHSG. 

“Kita ingin membangun kepercayaan kepada pasar bahwa kita memberikan dukungan penuh kepada Otoritas Jasa Keuangan, kepada Bursa Efek Indonesia, terhadap kebijakan-kebijakan yang mereka ambil terkait dengan situasi saat ini,” ujar Ketua Komisi XI Mukhamad Misbakhun dalam konferensi pers itu.

Poltikus Golkar ini mengatakan, kedatangan mereka ke BEI pasca penurunan IHSG untuk “meyakinkan pasar bahwa mereka di-back up penuh oleh negara, di-back up penuh oleh pemerintah.”

Senada, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan kedatangan mereka ke BEI untuk memberikan dukungan dan meyakinkan pasar untuk tetap tenang.

“Kami akan mendukung pemerintah untuk hadir dan mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu dalam tempo yang secepat-cepatnya, mengembalikan pasar supaya stabil,” ujar politikus Gerindra ini.

Lantas mengapa IHSG turun tajam?

Di akhir perdagangan saham pada Selasa (18/3), IHSG berakhir di level 6.211,253, turun 4,03%. IHSG sempat menurun hingga level  6.024,69 pada pukul 11.54-11.55 WIB.

Baca Juga :   Kementerian BUMN Berkoordinasi dengan 12 Perusahaan untuk Buyback Saham

Dalam konferensi pers itu, sejumlah wartawan menyampaikan pertanyaan ke Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait penyebab IHSG anjlok.

Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon, OJK,  yang juga hadir dalam konferensi pers bersama para politisi itu tak memberikan jawaban yang gamblang.

Inarno hanya menyampaikan terima kasih atas dukungan dari DPR RI. “Ini sangat luar biasa kunjungannya,” ujarnya.

Inarno mengatakan OJK sudah memberikan penjelasan atas volatilitas IHSG dalam konferensi pers pada 3 Maret.

“Kami memiliki beberapa policy yang akan kita lakukan,” ujarnya.

Kebijakan itu, kata dia, akan diumumkan pada Rabu 19 Maret pukul 10.00 WIB.

Meski ditanya, Inarno enggan mengungkapkan kebijakan yang dimaksud.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman mengatakan penurunan IHSG ini sudah terjadi sejak minggu sebelumnya, yang terjadi karena isu global.

Bila karena isu global, mengapa indeksi di kawasan Asia Tenggara masih naik pada hari yang sama? Cecar wartawan kepada Iman.

Iman mengatakan penurunan IHSG merupakan “akumulasi dari berbagai hal”. 

“Jadi, tidak hanya bicara domestik. Karena kalau bicara fundamental perusahaan, semua performance-nya bagus. Kalau kita lihat laporan keuangan 2024, sebagian besar lebih baik daripada 2023,” ujarnya.

“Jadi, secara fundamental enggak ada isu. Yang terjadi adalah persepsi atau sentimen dari para investor mengenai kondisi,” ujarnya.

Pengamat: Revisi UU TNI Turut Berpengaruh ke Persepsi Pasar

Terpisah, kepada wartawan, Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Celios menyampaikan, penurunan IHSG saat ini merupakan anomali di saat sebagian besar indeks di Asia menghijau.

Baca Juga :   Tahun 2020, IHSG Sempat Menyentuh Level Terendah 3.937, Ketua OJK: Mudah-mudahan Tak Terulang Lagi

Menurutnya, koreksi pasar saham yang tajam tidak terlepas dari sentimen investor terhadap kombinasi faktor kinerja fiskal yang memburuk, pembahasan Rancangan Perubahan Undang-Undang TNI,  skeptisme terhadap tata kelola Danantara, serta daya beli masyarakat yang menurun. Penurunan daya beli ini, kata dia, terkonfirmasi oleh penurunan impor barang konsumsi jelang Ramadhan sebesar 21,05%.  

“Untuk sentimen hari ini tidak terlepas dari polemik revisi UU TNI berakibat sentimen negatif juga di market. Ada risiko TNI masuk jabatan sipil menurunkan daya saing ekonomi Indonesia, memperbesar konflik kepentingan dan celah korupsi,” ujar Bhima.

Menurut Bhima, kebijakan proteksionisme perdagangan Amerika Serikat yang memicu perang dagang dengan sejumlah negara, memang “mengacaukan pasar saham di negara berkembang.”

“Tetapi faktor domestik Indonesia punya andil lebih besar. Kalau sampai trading halt berarti investor asing akan terus lakukan sell off. Pasar modal paska libur lebaran masih belum bisa dipastikan apakah akan ada rebound,”ujarnya.

Karena itu, Bhima mendesak pemerintah dan DPR RI untuk membatalkan revisi UU TNI.

“Kalau dibiarkan capital outflow terus berlanjut, bisa menjadi indikasi menuju pada resesi ekonomi. Ada kekhawatiran akumulasi faktor yang menurunkan performa ekonomi Indonesia mencapai puncaknya dalam waktu dekat. Kalau resesi terjadi, PHK massal, konflik sosial bisa terjadi di berbagai daerah,” ujarnya.

Senada ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan ketidakpercayaan investor akan pasar modal Indonesia, salah satunya karena revisi UU TNI. Revisi Undang-Undang ini dikhawatirkan kembali membuat tentara menduduki jabatan-jabatan di institusi sipil, seperti halnya pada masa Orde Baru yang saat itu dikenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI.

Baca Juga :   Sigma Energy Compressindo Tbk Resmi Melantai di Bursa Efek Indonesia

“Dwi fungsi ABRI dikhawatirkan menimbulkan protes besar,” ujar Wijayanto kepada wartawan.

Selain itu isu politik, menurutnya, kinerja APBN Indonesia juga memburuk. Seperti diketahui, penerimaan pajak mengalami penurunan tajam pada laporan kinerja APBN hingga Februari 2025.

Isu mega korupsi di dalam negeri, menurut Wijayanto, juga menjadi penyebab menurunnya kepercayaan investor di pasar modal.

Berbagai kondisi domestik ini dikhawatirkan membuat credit rating Indonesia akan turun. 

“Maret-April Fitch dan Moodys akan umumkan, Juni-July S&P akan umumkan,” ujarnya.

Rumor Sri Mulyani Mengundurkan Diri

Informasi yang berkembang, penurunan IHSG yang dalam pada Selasa (18/3) dipicu oleh rumor pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Namun, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan Sri Mulyani tidak mengundurkan diri.

“Saya pastikan Bu Sri Mulyani tidak akan mundur,” ujar orang dekat Presiden Prabowo Subianto ini.

Ketua Komisi XI Mukhamad Misbakhun mengatakan semua kebijakan fiskal yang ada di Indonesia “saat ini berada dalam proses kesinambungan yang sangat kuat.”

Fundamental bank-bank BUMN, yang berada di bawah pengawasan Komisi XI, kata Misbakhun, “kinerjanya saat ini adalah yang terbaik.”

“BRI memberikan dividen yang sangat besar. Semuanya dalam kinerja yang sangat bagus. Mereka menggelar RUPS dan mereka ingin memberikan kepastian kinerja mereka tidak ada yang berkaitan dengan di luar kinerja tersebut,” ujar Misbakhun.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics