
Perusahaan Pengolahan Kelapa Asal Subang Resmi Melantai di Bursa Efek

Syahmenan, Direktur Utama PT Indo Pureco Pratama Tbk
Menjelang akhir tahun 2021 ini, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus kedatangan anggota baru. Pada Kamis (9/12) ini, PT Indo Pureco Pratama Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa, setelah sebelumnya melakukan penawaran perdana saham (IPO) sebanyak 1 miliar saham kepada masyarakat. Emiten dengan kode saham IPPE ini menjadi perusahaan tercatat ke-51 di Bursa pada tahun ini.
PT Indo Pureco Pratama Tbk bergerak dalam bidang industri pengolahan buah kelapa yang berbasis di Subang, Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada 20 Maret 2019 dan melakukan penjualan pada Mei 2019.
“Pada era pandemi ini, Perseroan tetap mengalami pertumbuhan dan membukukan pertumbuhan yang signifikan,” ujar Syahmenan, Direktur Utama PT Indo Pureco Pratama Tbk pada seremoni pencatatan perdana saham, Kamis (9/12).
Syahmenan mengatakan PT Indo Pureco Pratama Tbk memiliki visi untuk menjadi perusahaan agro industri terkemuka yang mengolah hasil perkebunan kelapa dan produk-produk turunannya secara terintegrasi dan bernilai tinggi serta bermanfaat bagi kesehatan manusia.
“Produksi minyak kelapa PT Indo Pureco Pratama Tbk dipilih dari bahan baku kopra yang berkualitas, teruji, terseleksi secara prima. Setiap butir kami proses menggunakan teknologi modern serta dikontrol oleh para profesional secara maksimal untuk membuat sistem produksi yang efektif,” ujarnya.
Dengan menjadi perusahaan tercatat di BEI, Syahmenan berharap Perseroan dapat terus mengembangkan usahnya dan terus menjadi terdepan dalam industri yang mengolah hasil perkebunan kelapa dan produk-produk turunannya.
“Harapan kami juga Perseroan dapat menjadi perusahaan yang dipercaya oleh masyarakat dan akan membawa manfaat bagi seluruh stakeholder termasuk para investor,” ujarnya.
Dengan harga penawaran perdana Rp100 per saham, PT Indo Pureco Pratama Tbk mendapatkan dana sebesar Rp100 miliar dari IPO ini. Sebanyak 60,89% dana hasil IPO digunakan untuk untuk belanja modal diantaranya pembelian mesin-mesin untuk pabrik CCO, RBD, VCO, dan Packing. Kemudian, 39,11% digunakan untuk modal kerja.
Leave a reply
