
Pasca Amerika Serikat Terapkan Bea Impor Tinggi, IHSG dan Rupiah Diperkirakan Melemah, Emas Makin Mengilap

Ilustrasi emas/Foto: ICDX
Pemerintah Amerika Serikat resmi mengumumkan tarif impor untuk semua negara pada Kamis, 2 April waktu setempat. Indonesia yang selama ini tidak menyangka masuk dalam daftar negara yang dikenakan bea masuk tinggi, ternyata juga termasuk di dalamnya dengan tarif bea masuk sebesar 32%.
Pengamat pasar, yang juga Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan kebijakan tarif ke semua negara tersebut diperkirakan akan membuat harga emas makin mengilap, apalagi kondisi geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur juga masih memanas.
“Pasca Donald Trump menerapkan bea impor untuk semua negara, tanpa kecuali, termasuk Indonesia yang terkena bea impor 32%, membuat harga emas dunia melonjak tinggi, yang tadi pagi sempat menyentuh level US$3.180 per troy ounce. Artinya ada kemungkinan besar dalam minggu depan US$3.200 itu akan tercapai untuk harga emas dunia,” ujar Ibrahim kepada wartawan, Kamis, 3 April.
Ibrahim mengatakan kenaikan harga emas juga dipicu oleh masalah geopolitik terutama di Timur Tengah, dimana Amerika Serikat mengultimatum akan mengebom Iran bila tidak mau bekerja sama dalam reaktor nuklir.
Di Eropa, kata Ibrahim, meski sudah ada perjanjian perdamaian antara Rusia dan Ukraina, tetapi ketegangan masih tinggi karena perjanjian tersebut tak menguntungkan Ukraina, dimana 25% wilayah Ukraina dikuasai oleh Rusia.
Saat harga emas diperkirakan makin mengilap, menurut Ibrahaim nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat diperkirakan makin melemah.
“Kemungkinan besar dalam minggu-minggu ini pembukaan pasar level 16.900,” ujarnya.
Bahkan, tambahnya, tak menutup kemungkinan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat akan menembus level psikologis baru di 17.000.
“Ada kemungkinan besar akan pecah telur juga di 17.000. Ini harus berhati-hati,” ujarnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasca libur panjang Lebaran juga diperkirakan akan turun 2% hingga 3%, kata Ibrahim.
“Karena dampak dari perang dagang ini cukup luar biasa, apalagi Indonesia sudah masuk dalam bea impor dari Amerika,” ujarnya.
Untuk mengurangi dampak bea masuk 32% atas impor barang-barang dari Indonesia ke Amerika Serikat, Ibrahim menyarankan “pemerintah harus melakukan perlawanan” dengan menerapkan tarif 32% atas barang-barang impor dari Amerika Serikat.
Pemerintah, imbuhnya, juga mesti sigap mencari pasar baru, apalagi Indonesia sudah bergabung dengan aliansi perdagangan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, South Africa).
“Sehingga anggota BRICS ini harus dijalankan supaya yang tadinya ekspor Indonesia ke Amerika mengalami surplus itu dialihkan,” ujarnya.
Pemerintah, tambah Ibrahim juga mesti “menggelontorkan stimulus untuk menanggulangi dampak dari perang dagang ini.”
Sementara untuk Bank Indonesia, Ibrahim menyarankan untuk tetap melakukan intervensi di pasar, terutama pembelian valuta asing dan obligasi untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.
Leave a reply
