Pasar Keuangan Dunia Bergejolak, OJK: Kinerja Pasar Modal Indonesia Masih Tumbuh Positif

0
168

Kinerja pasar modal Indonesia masih tetap positif di tengah gejolak pasar keuagan global saat ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), secara keseluruhan dari awal tahun masih tumbuh positif, meski beberapa waktu terakhir mengalami koreksi.

Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan di tengah gejolak perekonomian global yang terus meningkat dan juga tingginya volatilitas pasar keuangan global yang berpotensi memberikan dampak pada sektor keuangan domestik, kinerja pasar modal Indonesia masih tumbuh positif dan juga volatilitasnya relatif terjaga jika dibandingkan dengan negara-negara yang lain.

Bahkan menurut Inarno, kinerja IHSG merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kinerja bursa Asean dan regional.

“Sebagai gambaran, kita lihat IHSG per 11 Oktober berada di posisi 6.939 atau meningkat sebesar 5,43% year to date. Bahkan pada 13 September, pertumbuhan indeks telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni di level 7.318. Meskpun, dalam beberapa hari ini ada koreksi, kembali turun mengikuti pelemahan bursa global, tetapi tentunya ini masih menunjukkan tren yang positif dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan lain-lain,” ujar Inarno dalam konferensi pers kinerja pasar modal Indonesia, Jumat (14/10).

Baca Juga :   OJK: Diferensiasi Produk, Perbankan Syariah Punya Produk Berbasis Investasi

Inarno menyampaikan kapitalisasi pasar saham Indonesia telah mencapai Rp9.142 triliun atau meningkat sebesar 10,75% year to date.

Kinerja IHSG yang cukup stabil juga diikuti kinerja emiten yang cukup baik. Inarno menyampaikan dari 742 emiten yang telah menyampaikan laporan keuangan tengah tahun 2022, sejumlah 491 emiten atau 66,17% dari total emiten menunjukkan peningkatan kinerja. Pertumbuhan pendapatan secara agregat tercatat naik sebesar 22,82% year on year (yoy). Pertumbuhan pendapatan ini juga diikuti pertumbuhan yang siginifikan dari sisi laba yaitu sebesar 117,92% yoy. “Ini merupakan pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir,” ujar Inarno.

Pertumbuhan laba tertinggi, ungkap Inarno, dibukukan oleh emiten yang bergerak di bidang transportasi dan logistik sebesar yaitu 532,82%, diikuti emiten yang bergerak di bidang energi sebesar 280,76% dan kemudian emiten yang bergerak di bidang consumer cyclical sebesar 241,66%.

Aktivitas penghimpunan dana di pasar modal juga marak, seiring dengan telah pulihnya kembali aktivitas perekonomain domestik. Hingga 11 Oktober 2022 ini, OJK mencatat penghimpunan dana di pasar modal masih cukup tinggi yaitu sebesar Rp179,66 trilun dari 168 emisi yang terdiri dari 42 penawaran umum perdana saham, 22 penwaran umum terbatas, 16 penawaran umum efek bersifat utang dan atau sukuk, 88 penawaran umum berkelanjutan efek bersifat utang dan atau sukuk di Tahap I dan Tahap II. Dari 168 kegiatan emisi tersebut, 48 diantaranya adalah emiten baru. “Bahkan hingga saat ini sudah ada puluhan perusahaan lagi yang mengincar untuk melakukan penawaran umum perdana,”tandas Inarno.

Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Pertumbuhan jumlah emiten ini diikuti pula oleh pertumbuhan jumlah investor ritel. Investor ritel meningkat hampir 9 kali lipat dibandingkan 5 tahun terakhir. “Kami mencatat hingga 11 Oktober 2022, jumlah investor pasar modal itu mencapai 9,85 juta SID. Mudah-mudahan di akhir tahun kita bisa menembus 10 juta. Pertumbuhan investor tertinggi dicatatkan oleh investor reksadana dan mayoritas masih didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun yang mencapai 59,08%,” paparnya.

Baca Juga :   OJK Umumkan Survei, Seberapa Optimistis Perbankan Indonesia?

Lebih lanjut Inarno memaparkan , pasca diterbitkannya POJK No.57 tahun 2020 tentang Securities Crowdfunding atau SCF, penghimpunan dana secara nasional melalui SCF telah berhasil dimanfaatkan oleh 278 pelaku UMKM dengan total dana yang dihmpun sebesar Rp580 miliar dari 122.199 investor melalui 11 platform penyelenggara SCF.

Pasar modal syariah juga memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan yang tercermin dari peningkatan nilai indeks saham syariah  maupun nilai kapitalisasi pasar saham syariah secara year to date.

Per 11 Oktober 2022, Indeks Saham Syariah Indonesia ditutup pada level 203,91 atau meningkat sebesar 7,87% dibandingkan ISSI pada 30 Desember 2021 sebesar 189,02. Sementara kapitalisasi pasarnya tercatat sebesar Rp4.345,98 triliun atau meningkat 9,09% year to date, dari sebelumnya sebesar Rp3983,65 triliun.

Inarno menambahkan meskipun beberapa indikator pasar modal menunjukkan peningkatan kinerja secara umum, namun kinerja reksadana masih mengalami sedikit penurunan. Sampai 11 Oktober 2022, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana menurun 8,06% dari Rp573,54 triliun per 30 Desember 2021 menjadi Rp531,8 triliun. Total asset under management (AUM), juga mengalami penurunan sebesar 1,27% dari sebelumnya sebesar Rp847,37 triliun menjadi Rp836,57 triliun.

Leave a reply

Iconomics