Obat Penawar Covid-19 Menguatkan Nilai Tukar Rupiah

0
549
Reporter: Petrus Dabu

Nilai tukar rupiah menguat signifikan pada akhir pekan ini, Jumat (17/4). Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), kurs rupiah terhdap dollar AS berada di level 15.505, menguat 1,8% dibandingkan kemarin yang berada di level 15.787.

Di pasar spot, mengutip Bloomberg, sekitar pukul 11.06 WIB, rupiah diperdagangkan 15.469 menguat 1,09% terhadap dollar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan salah satu sentimen yang menguatkan otot rupiah adalah adanya tanda-tanda bahwa obat penawar Covid-19 ditemukan serta optimisme tentang pembukaan kembali ekonomi terbesar di dunia yaitu AS dan Eropa.

“Obat penawarnya namanya Remdesivir Gilead yang diuji coba ke 125 pasien RS Chicago dan dinyatakan sembuh,” ujar Ibrahim, Jumat (17/4).

Mengutip CNN obat tersebut dibuat oleh Gilead Sciences dan pernah diuji untuk mengobati  Ebola tetapi kurang berhasil. Tetapi beberapa penelitian pada hewan menunjukkan obat itu dapat mencegah dan mengobati virus corona yang terkait dengan Covid-19, termasuk SARS dan MERS. Pada Februari lalu,  Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan remdesivir menunjukkan potensi sebagai obat untuk  Covid-19.

Baca Juga :   Bank Indonesia PD Rupiah Kembali Perkasa Pada Tahun 2023

Selain rupiah, Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG) juga menguat pada perdagangan hari ini, setelah kemarin turun 3,14% ke level 4.480,6. Hingga pukul 11.11 WIB hari ini, IHSG menguat 2,8% ke level 4.605,91.

Semua sektor menguat dengan penguatan tertinggi terjadi pada sektor infrastruktur (+4,79%) dan aneka industri (+3,69%). Sedangkan sektor yang penguatannya terendah adalah agro (+0,13%) dan perdagangan (+0,75%).

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics