
Mentan Rancang Ekspor Beras Tahun Ini

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kedua dari kanan), Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan (ketiga dari kanan), Menteri Agraria/BPN Sofyan Djalil (ketiga dari kiri)/The Iconomics
Kementerian Pertanian sedang merancang ekspor beras yang akan mengalami panen raya di bulan Maret hingga April 2020. Dalam panen raya ini diperkirakan akan memproduksi sekitar 5 hingga 7 ton beras.
Dikatakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, rencana ini mencuat lantaran kebutuhan dalam negeri hanya 2 juta ton per bulan sehingga akan ada surplus 3 hingga 5 juta ton beras yang berpotensi untuk diekspor. Pasar untuk itu sangat potensial karena permintaan akan komoditas Indonesia cukup tinggi.
“Kita panen raya Maret-April dan kemungkinan kita di atas 5-7 juta ton. Kalau kebutuhan 2 juta ton per bulan berarti kita masih surplus, kan. Perintah presiden pasti masih bisa dilaksanakan,” kata Syahrul di Jakarta, Selasa (4/2).
Untuk menjaga stabilitas ketahanan produksi panen, Kementerian Pertanian menempuh langkah menggunakan satu data pertanian hasil kerja sama dengan berbagai pihak. Beberapa lembaga yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian adalah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN); Badan Pusat Statistik (BPS); Badan Informasi dan Geospasial (BIG); Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Dengan satu data ini, kata Syahril, pihaknya dapat membangun perencanaan termasuk untuk ekspor beras.
“Kami sudah bisa menyatu untuk terus memperbarui seluruh data yang ada. Langkah awal yang ada signifikan lahan sawah yang betul. Kami sudah melangkah maju. Menteri ATR di depan, BPS dan Mentan yang akan pakai data itu. Ini kepentingan negara rakyat dan kepentingan dalam membangun perencanaan,” kata Syahril.
Di tempat yang sama, pemerintah melalui BPS telah merilis data lahan baku sawah per Desember 2019 sebesar 7,46 juta hectare. Luas tersebut disesuaikan dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA) dari yang sebelumnya hanya 7,1 juta hektare pada 2018.
Kemudian dari luas lahan baku sawah tersebut, luas panen padi diperkirakan mencapai sebesar 10,68 juta hektare dengan total produksi padi di 2019 sebanyak 54,60 juta ton gabah kering giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras, produksi beras di 2019 mencapai sekitar 31,31 juta ton, turun 7,75% dari total 2018 sebesar 33,94 juta ton.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan produksi padi pada 2019 ini dikarenakan faktor cuaca yang ekstrem sepanjang tahun. “Di 2019, situasi agak tidak menguntungkan karena terjadi cuaca ekstrem di mana pada awal Januari sampai Februari terjadi curah hujan yang luar biasa derasnya. Lalu pertengahan 2019 yaitu Juli sampai Desember terjadi kemarau panjang dan kekeringan yang luar biasa,” kata Suhariyanto.
Leave a reply
