
Menimbang DMMX, Emiten dengan Performa Keuangan yang Tumbuh Agresif

Solusi Smart Detection di gerai makanan siap saji. Ini merupakan produk baru DMMX di masa kenormalan baru/Dok.DMMX
PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) layak untuk dicermati oleh para investor saham. Entitas anak PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 21 Oktober 2019 ini secara fundamental memiliki kinerja keuangan yang terbilang tumbuh agresif. Apalagi bisnis yang dijalankannya boleh dibilang bisnis ‘kekinian’ yaitu penyedia solusi pemasaran digital untuk retailer.
DMMX sebenarnya terbilang perusahaan yang baru didirikan yaitu pada tahun 2015. Dalam tiga tahun terakhir sejak 2017, pendapatan dan laba bersihnya tumbuh agresif. Tahun 2017, pendapatannya masih sebesar Rp16,3 miliar dan pada akhir 2019 lalu menjadi Rp211 miliar. Artinya, laju pertumbuhan majemuk tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) sekitar 260%.
Dari sisi bottom line juga demikian. Pada 2017 lalu, laba bersihnya masih sebesar Rp0,4 miliar. Di akhir 2019 laba bersih DMMX sudah mencapai Rp16,6 miliar. Artinya, CAGR sekitar 544%.
Direktur Digital Mediatama Maxima Supardi Tan mengatakan performa keuangan pada 2019 jauh melampaui target yang ditetapkan Perseroan saat melakukan Initial Public Offering (IPO) Oktober tahun lalu. Untuk pendapatan 2019, saat IPO menargetkan sekitar Rp100 miliar, realisasinya mencapai Rp211 miliar. “Jadi hampir lebih dari dua kali lipat dari yang kami targetkan,” ujarnya saat paparan publik di Jakarta, Selasa (21/7).
Demikian juga laba bersih, Supardi mengatakan target IPO hanya Rp12,8 miliar. Realisasinya pada 2019 lalu sebesar Rp16,6 miliar.
Tampaknya tahun 2020 ini, DMMX masih akan melanjutkan pertumbuhan yang agresif meski secara makro tantangan ekonomi global dan Indonesia sangat berat akibat pandemi Covid-19.
Pendapatan pada semester pertama tahun ini tercatat sebesar Rp220,1 miliar, naik 402,6% dibanding Rp43,8 miliar pada semester pertama tahun lalu. Kemudian laba bersih sebesar Rp18,1 miliar, naik 463,9% dibanding Rp3,2 miliar pada semester pertama 2019 lalu.
Pencapaian pada semester pertama 2020 ini sudah melampaui kinerja keuangan tahun 2019 lalu. Dus, manajemen DMMX pun optimis hingga akhir tahun nanti pertumbuhan kinerja keuangan akan mencapai high double digit lagi.
Apa bisnis DMMX?
Pertumbuhan yang agresif dari DMMX didukung oleh bisnis yang juga sedang tren saat ini yaitu penyedia solusi Out of Home (OOH) Advertising. Direktur Utama Digital Mediatama Maxima Budiasto Kusuma mengatakan OOH Advertising sedang menjadi kebutuhan terutama di sektor ritel. Tren ini seiring dengan pertumbuhan internet dan koneksi yang sangat pesat di Indonesia.
“Dari data yang ada, kita bisa lihat memang dengan adanya konten yang lebih dinamis, konten yang lebih targeted itu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen di era saat ini. Jadi, faktor itu yang menjadi kebutuhan bagi seluruh retailer untuk bisa menyesuaikan infrastruktur mereka menghadapi konsumen era informasi saat ini,” ujarnya.
PT Digital Mediatama Maxima, jelasnya, merupakan perusahaan yang fokus menyediakan infrastruktur yang mumpuni bagi para retailer untuk menghadapi konsumen di era sekarang.
“Perseroan memiliki visi untuk menjadi digital trade marketing and cloud advertising exchange expert untuk empower teman-teman di retailer menghadapi konsumen yang bertumbuh sangat cepat di era digital ini. Misi kami adalah memfasilitasi bisnis retailer di seluruh Indonesia baik modern maupun tradisional untuk dapat men-deliver pesan mereka secara simultan, secara instan kepada kosumen mereka sesuai dengan target market masing-masing,” jelasnya.
Digital Mediatama Maxima memiliki empat core bisnis. Dua diantaranya adalah bisnis dengan model pendapatan berulang (recurring revenue) yaitu Managed Service dan Infrastructure As A Service (IAAS). Kemudian dua lainnya yaitu Advertising Exchange Hub dan Trader Marketing adalah lini bisnis dengan model non recurring revenue.
Untuk di Managed Service, DMMX menyediakan satu platform mulai dari hardware, instalasi dan sistem yang dijual ke mitra retailer. DMMX mempunyai kontrak service untuk me-manage konten-konten infrastruktur tersebut. “Jadi retailer bisa fokus ke bisnis mereka di segmen ritel, urusan informasi, promosi melalui platform content managemen system itu dikelola oleh tim kami,” ujarnya.
Kemudian untuk segmen IAAS, DMMX menyediakan sewa pakai full solution. Retailer tinggal menunjuk tokonya, sisanya menjadi urusan DMMX. “Mulai dari layar, pemasangan, sistemnya, dasbord kami sediakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing retailer. Operational dan maintenance kami lakukan,” ujar Budiasto.
Di segmen Advertising Exchange Hub, DMMX menyediakan suatu platform untuk mengakomodir retailer dalam mendapatkan pendapatan dari segmen advertising. “Bagi retailer yang tidak mempunyai resources di bidang advertising kami menyediakan platform berikut resources SDM-nya. Jadi, mereka yang kesulitan untuk menjual iklan di outlet mereka, mereka bisa berkolaborasi dengan kami,” ujar Budiasto.
Kemudian segmen di Trade Marketing, DMMX menciptakan sebuah platform dalam bentuk mobile apps untuk di-deliver ke warung-warung sehingga mereka bisa mempunyai aplikasi. Ada dua fungsi yaitu pertama untuk menjual produk digital dan kedua untuk mendapatkan insentif digital.
Segmen ini, menurut Budiasto sedang tumbuh sangat pesat di Perseroan. Apalagi ditunjang oleh kondisi pada tahun ini yang dilanda pandemi Covid-19. Pada tahun ini, sudah 71.200 toko yang terkoneksi dengan platform DMMX. Sebanyak 61.000 terkoneksi melalui aplikasi dan 10.200 melalui cloud CMS Connect.
“Pertumbuhannya cukup signifikan. Kita lihat ini memang menjadi mandatory bagi retailer untuk mereka bisa mengikuti perkembangan konsumennya masing-masing di lokasi ritel mereka,” ujar Budiasto.
Bagaimana kinerja sahamnya?
Pada perdagangan saham Selasa (21/7), saham DMMX ditutup pada harga Rp228 per saham, naik 11,76% dibandingkan penutupan Senin (20/7). Meski kinerja keuangannya terbilang kebal terhadap Covid-19, tetapi kinerja saham DMMX tidak demikian. Sejak awal tahun, saham DMMX terkoreksi sebesar 1,75% dari Rp232 per saham di awal tahun.
Saham DMMX sempat menyentuh level terendah pada level Rp53 per saham pada April lalu. Dus, bila dihitung dari level terendahnya itu, harga saham DMMX sudah kembali pulih sebesar 330,19%.
Saat IPO tahun lalu, saham DMMX ditawarkan ke publik pada harga Rp230 per saham. Dengan demikian, dari harga IPO hingga harga terakhir masih tercatat turun sebesar 0,87%.
Mengacu pada laporan keuangan semester pertama 2020, nilai buku (book value) DMMX sebesar Rp87,2 per saham. Dus, Price to Book Value (PBV) sebesar 2,61 kali.
Leave a reply
