
Menakar Posisi Profesi PR Dikaitkan dengan Pertumbuhan E-Commerce di Masa Pandemi

Tangkapan layar YouTube, Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti/Iconomcis
Profesi public relation (PR) dinilai memiliki posisi yang sangat strategis terutama di masa wabah Covid-19. Keberadaan profesi PR tidak lagi sekadar jembatan komunikasi antara institusi dan pemangku kepentingan, melainkan mengendalikan krisis komunikasi organisasi atau kelembagaan.
“Dunia yang dinamis dan terbuka membuat harapan terhadap profesi PR semakin tinggi. Kemudian, dunia PR semakin menantang,” kata Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti dalam sambutannya di acara “Indonesian PR Landscape” yang digelar The Iconomics, Jumat (18/12).
Niken mengatakan, tantangan industri profesional PR saat ini adalah menghadapi industri 4.0 atau kerap disebut sebagai zaman disrupsi. Merujuk kepada kajian McKinsey Global Institute, karena disrupsi itu akan ada 14 pekerjaan yang akan hilang pada 2030 dan pada saat bersamaan akan muncul pekerjaan yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.
Indonesia, kata Niken, juga merespons perkembangan teknologi informasi dan digitalisasi serta Internet of Thing (IoT) sebagai peradaban manusia. Konsekuensi disrupsi ini bagi perusahaan dan individu adalah perlunya beradaptasi serta berkolaborasi di tengah situasi saat ini terutama di masa Covid-19.
Pandemi, kata Niken, membuat masyarakat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan situasi baru. Tahun lalu, misalnya, tidak pernah dibayangkan bahwa ada kegiatan yang bisa dilakukan secara virtual.
Dari situasi ini, kata Niken, ada 4 perubahan mendasar yang disebabkan pandemi. Pertama, work from lifestyle. Mayoritas dari masyarakat melaksanakan kegiatan seperti beribadah, bekerja dan sekolah dari rumah. Kedua, go virtual lifestyle, semua aktivitas masyarakat saat ini berbasis digital.
“Ketiga, akibat pandemi kebutuhan hidup masyarakat secara umum kembali ke dasar. Kesehatan, makan dan papan menjadi kebutuhan utama saat ini,” kata Niken.
Dunia profesional PR, kata Niken, perlu beradaptasi dengan situasi saat ini termasuk beradaptasi dengan perubahan perilaku. Dan saat ini juga menjadi momentum sangat bangus untuk bertransformasi digital. Selain situasi pandemi, isu lain yang menjadi pertimbangan profesional PR ke depan adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dikatakan terbaik ke-2 setelah Tiongkok.
Di antara negara-negara G20, kata Niken, pertumbuhan e-commerce sangat tajam hingga 91% di masa pandemi. Pengguna internet juga meningkat menjadi 73,7% di 2020 dari 64% dari populasi di 2019. Ini menjadi peluang besar bagi profesi PR untuk bisa mengembangkan diri, beradaptasi, berkolaborasi tentunya dengan berbagai pemangku kepentingan.
Leave a reply
