Masih Layak Saham Farmasi Dikoleksi Pasca Penurunan Covid-19?

0
499

Tren pendapatan beberapa emiten yang sudah merilis kinerja kuartal I tahun 2022 mulai menurun paska Covid-19, serta pendapatan rumah sakit juga rata-rata menurun lebih dari 10%. Namun saham farmasi masih tetap menarik untuk dikoleksi.

Pertumbuhan farmasi sebagai industri yang menjanjikan di masa depan mempengaruhi nilai-nilai saham perusahaan yang bergerak di sektor ini. Menurut Technical Analyst dari BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani, setidaknya ada dua kelebihan farmasi dibandingkan sektor lain terutama dalam hal nilai sahamnya. Pertama, kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi vitamin dan suplemen serta produk kebersihan seperti masker, hand sanitizer dan disinfektan dalam gaya hidup mereka berpotensi meningkatkan penjualan produk-produk tersebut.

“Kedua, asing bisa masuk dan berinvestasi hingga ke level 100%. Apalagi farmasi juga termasuk industri padat karya yang didukung beberapa kebijakan pemerintah,” kata Achmad Yaki dalam keterangan pers tertulis yang diterima hari ini (17/05/2022).

Menurutnya, PEHA (kode emiten Phapros) masih menarik karena revenue-nya masih tumbuh 19% dengan pendapatan dari pihak berelasi juga tumbuh 28%, sebagian dari penjualan obat, suplemen dan produk kesehatan.

Baca Juga :   Mengenal CUAN, Emiten Milik Prajogo Pangestu yang 5 Kali Perdagangan Sahamnya Disuspensi BEI dalam Setahun

Dalam siaran pers yang sama, Senior Equity Research Analyst Emtrade William Siregar mengatakan tren saham-saham di industri farmasi tahun 2022 masih prospektif meskipun tidak seagresif pada dua tahun terakhir saat penyebaran Covid-19 tidak terkendali.

Menurutnya, (tahun ini) permintaan kebutuhan obat imunitas masih cukup tinggi terutama segmen multivitamin dan menjadi fokus emiten sektor tersebut dalam pengembangan produk. Ia mengatakan kebutuhan akan imunitas dan meningkatnya kepedulian akan kesehatan akan selalu bertumbuh ke depan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup masyarakat.

Namun demikian, ada sejumlah faktor yang harus mendapat perhatian, antara lain faktor eksternal seperti pelemahan rupiah, terganggunya rantai pasokan secara global, sampai kepada meningkatnya biaya pengiriman.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics