IHSG Menguat 12,77% Selama Sebulan Terakhir, Waspadai Koreksi Karena Profit Taking

0
106

Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG) diperkirakan akan melanjutkan penguatanannya pada pekan ini setelah pada pekan lalu naik sebesar 3,8% dan selama sebulan terakhir menguat 12,77%.

Banyak sentimen positif yang menjadi katalis penggerak Indeks terus bergerak di zona positif seperti turunnya risiko politik di Amerika Serikat setelah kubu Presiden Trum bersedia menyediakan sumber daya federal untuk proses transisi dan optimisme akan adanya vaksin pembasmi pandemi Covid-19. Namun, peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara masih menjadi tantangan untuk pemulihan ekonomi.

Penguatan IHSG yang nyaris tanpa henti selama November perlu diwaspadai karena adanya aksi profit taking atau ambil untung. “IHSG berpeluang konsolidasi melanjutkan penguatan di pekan ini, tetapi mulai sangat berisiko mengalami aksi ambil untung mengingat kenaikan yang hampir tanpa koreksi berarti,” ujar Hans Kwee, analis pasar modal dan Direktur PT Anugerah Mega Investama, Minggu (29/11).

Hans memperkirakan IHSG bergerak dengan support di level 5.669 sampai 5.427 dan resistance di level 5.800 sampai 5.900.

Ada pun sentimen positif yang menggerakan IHSG adalah mulai menurunnya tensi politik di Amerika Serikat. Kepala General Services Administration, Emily Murphy mengatakan pemerintahan Trump menyediakan sumber daya federal untuk transisi Presiden terpilih Joe Biden menuju Gedung Putih.

“Hal ini membuka jalan transisi ke Biden berlangsung dengan mulus. Seiring turunnya risiko politik AS akibat konflik pemilu, berhasil menjadi katalis positif yang mendorong pasar saham naik,” ujar Hans.

Baca Juga :   OJK: Ada 3 Faktor Penyebab IHSG Merosot

Pasar keuangan juga sangat optimis dengan skenario vaksin tersedia secara bertahap tahun depan dan ekonomi kembali normal. Di awali Pfizer dan BioNTech mengatakan uji vaksin efektif 95% lawan virus corona. Sesudah itu ada perusahaan Moderna yang mengklaim vaksin yang dikembangkan punya kemanjuran 94,5% vaksin lawan Covid-19. Sesudah itu ada Vaksin AstraZaneca dan Oxford asal Inggris yang merilis keberhasilan membuat vaksin dengan tingkat efektivitas 70% melawan Covid-19 sesudah uji fase ke-3. “Kehadiran vaksin membuat pasar saham sangat optimis akan pemulihan ekonomi akan segera terjadi,” ujar Hans.

Sentimen positif juga berhembus dari Bank Sentral Amerika Serikat, Federeal Reserve (Fed). Rilis risalah Rapat Dewan Gubernur Fed yang dilaksanakan pada bulan Oktober menunjukkan adanya diskusi mengenai bagaimana caranya untuk menambah kebijakan moneter akomodatif dalam rangka membantu proses pemulihan ekonomi akibat pandemi covid 19. Para pejabat Fed berupaya menyediakan lebih banyak akomodasi bagi ekonomi agar pemulihan dari pandemi virus korona terus berlanjut. The Fed juga melihat adanya potensi kenaikan risiko terganggunya proses pemulihan ekonomi akibat naiknya kasus infeksi Covid-19 di Amerika. “Tambahan stimulus moneter tentu menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan,” ujar Hans.

Baca Juga :   Donald Trump Tangguhkan Kebijakan Tarif Selama 90 Hari, IHSG Kembali Menghijau

Masih dari Amerika Serikat, mantan Kepala Federal Reserve Janet Yellen dikabarkan menjadi salah satu kandidat Menteri Keuangan kabinet  Biden. Menurut Hans, pencalonan Yellen mendapat apresiasi positif dari pasar dan meningkatkan harapan stimulus fiskal besar. Yellen yang dianggap seorang ekonom tenaga kerja diperkirakan akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk mendorong ekonomi keluar dari resesi akibat pandemi virus korona. Yellen juga memperhatikan utang AS yang meningkat pesat dan defisit anggaran yang memburuk. Harapan stimulus fiskal yang lebih besar di era Biden kembali meningkat.

Di samping berbagai sentimen positif tersebut, peningkatan kasus Covid-19 di Amerika Serikat juga masih menjadi tatangan untuk proses pemulihan ekonomi. Pembatasan bisnis telah mendorong PHK dan merusak pemulihan pasar tenaga kerja. Data dari Departemen Tenaga Kerja AS pada minggu lalu terjadi penambahan jumlah orang yang mengajukan klaim pengangguran sebanyak 778.000 naik dari minggu sebelumnya 742,000. Data ini lebih tinggi dari konsensus ekonom yang di survei Dow Jones yang memperkirakan hanya ada penambahan 733.000 klaim baru. Hans mengatakan peningkatan kasus Covid-19 menjadi tantangan ekonomi di jangka pendek.

Di Eropa, survei oleh Komisi Eropa menunjukkan sentimen ekonomi zona euro turun pada bulan November. Penurunan ini merupakan yang pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir akibat gelombang kedua Covid-19 yang melanda benua Eropa. Terjadi penurunan aktivitas bisnis Prancis pada bulan November karena penguncian kedua akibat penyebaran Covid 19. Jumlah infeksi Covid-19 di Jerman telah melampaui angka satu juta dengan jumlah kematian harian mencapai rekor tertinggi hari di minggu lalu. Peningkatan kasus covid 19 di ikuti pembatasan bisnis menjadi sentimen negatif di pasar saham.

Baca Juga :   Analis Saham; Politik Kali Ini ‘Lebih Rumit karena Ada Pemimpin Negara yang Mendadak Belok Kanan’

Dari dalam negeri, Hans mengatakan kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia meningkat seiring perkembangan vaksin Covid-19 dan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden di Amerika Serikat. Hal ini di tambah IMF telah mengakui dari kelompok G-20 pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 adalah yang terbaik kedua setelah China. Data menunjukkan sejak 1 Oktober 2020 ada aliran dana gabungan senilai US$ 48 miliar masuk ke sembilan bursa saham. Kesembilan bursa itu adalah Jepang, India, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

“Optimisme investor ritel di tambah aliran dana asing membuat IHSG terlihat menguat dari awal Oktober sampai saat ini,” ujar Hans.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics