IHSG Anjlok, Jurus Lama Buybcak Saham Tanpa RUPS Kembali Dikelurkan OJK

0
53

Otoritas Jasa Keungaan (OJK) memberikan relaksasi kepada emiten untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), sebagai bagian dari upaya untuk menstabilkan harga saham yang mengalami fluktuasi saat ini.

Kebijakan serupa sudah dikeluarkan OJK pada 2013, 2015 dan saat pandemi tahun 2020.

“Dengan kebijakan relaksasi buyback tanpa RUPS, kami berharap dapat memberikan signal yang positif bahwa perusahaan memiliki fundamental yang baik dan memberikan market confidence kepada investor serta memberikan fleksibilitas bagi perusahaan terbuka dalam melakukan aksi korporasi untuk mengurangi tekanan harga saham,” ujar Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon, OJK, dalam konferensi pers di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu pagi (19/3).

Inarno menhgatakan kebijakan buyback saham tanpa RUPS ini, “dapat memberikan fleksibilitas bagi emiten untuk menstabilkan harga saham dalam kondisi volatilitas yang tinggi serta meningkat kepercayaan investor”.

“Kami memahami kondisi pasar saat ini penuh tantangan, namun kami yakin dengan kerja sama yang erat antara regulator, pelaku pasar dan seluruh pemangku kepentingan kita dapat melewati fase ini dengan baik,” ujarnya.

Baca Juga :   OJK Bersiap Pindah ke IKN, Kantor Mulai Dibangun Tahun 2025

Buback saham tanpa RUPS ini, jelas Inarno, wajib memenuhi ketentuan POJK No.29/2023 tentang pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh perusahaan terbuka.

Kebijakan ini, kata Inarno, berlaku selama 6 bulan, terhitung  sejak 18 Maret 2025.

Inarno mengatakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak September 2024 mengalami tren penurunan yang signifikan dengan indikasi penurunan IHSG sebesar 1.682 poin atau turun 21,28 dari level tertinggi.

Penyebab penurunan, jelasnya, karena faktor global dan juga domestik. Meski di satu sisi, menurut dia, fundamental ekonomi dalam negeri tetap solid.

“Kami melihat faktor risiko di pasar keuangan global masih terpantau cukup tinggi diantaranya dipacu oleh ketidakpastian kebijakan tarif pemerintah Amerika Serikat, eskalasi perang dagang, indikasi cooling off perekonomian Amerika dan juga dinamika geopolitik,” ujarnya.

“Di sisi domestik, perekonomian masih menunjukkan prospek pertumbuhan yang relatif solid didukung oleh konsumsi domestik yang cukup kuat, investasi yang tetap tumbuh. Namun, memang ada sejumlah tantangan yang kita hadapi yang tidak kalah kompleksnya,” tambahnya.

Baca Juga :   Ditutup di Level 6.581,48, Sepanjang 2021 IHSG Menguat 10,08%

Namun, ia tak menguraikan kompleksitas tantangan ekonomi domestik tersebut.

Kinerja sektor jasa keuangan di dalam negeri, menurut dia, sejak “awal tahun ini tetap solid meskipun tantangan ekonomi global dan juga domestik masih membayangi”. 

“Kami juga meyakini secara keseluruhan kondisi fundamental perusahaan dan juga emiten masih baik,” ujarnya.

Sebelumnya, pada perdagangan saham Selasa (18/3), IHSG mengalami penurunan tajam, sehingga  BEI melakukan penghentian sementara (trading halt) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). 

Saat itu, Indeks ambruk mencapai lebih dari 5% sehingga perdagangan dihentikan selama 30 menit.

“Hari ini, transaksi sempat menyentuh (penurunan) 6%. Sesuai SOP di Bursa Efek, ketika (penurunan) di atas 5%, kami lakukan trading halt,” ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman dalam konferensi pers, Selasa (18/3).

Di akhir perdagangan saham pada Selasa (18/3), IHSG berakhir di level 6.211,253, turun 4,03%. IHSG sempat menurun hingga level  6.024,69 pada pukul 11.54-11.55 WIB.

Leave a reply

Iconomics