Hari Pertama di BEI, Saham Pertamina Geothermal Energy Tbk Dilego Investor

1
252

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/2). Dengan sandi saham PGEO, harga saham anak usaha Pertamian Group ini langsung anjlok di hari pertama debutnya di lantai Bursa.

Mengutip RTI pada pukul 11.00 WIB, harga saham PGEO berada di level Rp815 per saham, turun 6,86% dari harga penawaran perdana Rp875 per saham. Harga saham emiten panas bumi ini sempat naik dengan dibuka pada level Rp925 per saham, namun tak bertahan lama.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk merupakan perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan panas bumi terbesar secara global yang diukur dengan kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik.

Perseroan menawarkan ke masyarakat sebanyak 10,35 miliar saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan dan ditawarkan dengan Harga Penawaran Rp875 setiap saham.

Perseroan telah melaksanakan Penawaran Umum sejak 20 – 22 Februari 2023 dan berhasil meraih dana sebesar Rp9,05 triliun. Perseroan juga mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham atau sebanyak- banyaknya 630.398.000 saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program (MESOP).

Baca Juga :   Akan Go Public, Begini Saran Pejabat Kementerian ESDM ke Pertamina Geothermal Energy Tbk

“Pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) untuk mendukung rencana Perseroan mengembangkan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang,” ujar Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Ahmad Yuniarto dalam keterangan resmi, Jumat (24/2).

Yuniarto mengatakan Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027.

Dalam IPO ini, PGE berhasil menarik minat investor domestik maupun investor multinasional yang berkualitas untuk berpartisipasi. Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain adalah Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).

Penawaran Umum IPO Perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW di tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4%, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9% dalam periode yang sama.

Baca Juga :   PGE akan Konsisten Mengusung Keberlanjutan di PGE Area Kamojang

Pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28% dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global. Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).

Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.

1 comment

Leave a reply

Iconomics