Harga Lesu, Makin Banyak Direksi yang Borong Saham

0
98
Reporter: Petrus Dabu

Saat kebanyakan investor saham saat ini memilih hengkang dari pasar, sejumlah direksi perusaaan terbuka memilih langkah sebaliknya. Mereka mulai menambah kepemilikan saham di perusahaan yang mereka pimpin memanfaatkan harga yang lagi turun.

Pantauan Iconomics, aksi beli saham pada direksi dan juga komisaris ini cukup marak terjadi pada bulan Maret ini. Johaness Setiadharma, Direktur PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk misalnya pada 13 Maret lalu memborong saham perusahaan tersebut sebanyak 4.500 lembar. Sebanyak 1.500 lembar ia beli pada harga Rp 1.070. Kemudian sebanyak 1.000 lembar dia beli pada harga Rp 1.075 dan sebanyak 2.000 lembar dia dibeli pada harga Rp 1.085.

Dengan transaksi tersebut, kepemilikna Johanes pada perusahaan tersebut pun meningkat menjadi 4.122.200 lembar saham (0,06%) dari sebelumnya 4.117.700 lembar.

Tak hanya Johanes, komisaris PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, Hartono Atmadja juga ikutan borong saham. Ia juga melakukan aksi beli pada 13 Maret lalu sebanyak 1.400 lembar saham. Sebanyak 1.000 lembar dia beli pada hargra Rp 1.080 dan 400 lembar lagi pada harga Rp 1.150.

Baca Juga :   Satgas BLBI Dipastikan Akan Kejar Obligor yang Belum Bayar Utang ke Negara

Kepemilikan Hartono di Garudafood pun bertambah menjadi 99.159.800 lembar saham atau 1,34% dari sebelumnya 99.158.400 lembar.

Seperti kondisi pasar saham secara umum, harga saham emiten dengan kode GOOD ini pun babak beluar akibat sentimen negatif Coronavirus. Tercatat, sejak awal tahun harganya turun 26,49% dari Rp 1.510 pada awal tahun menjadi Rp 1.110 pada penutupan Kamis (19/3).

Tetapi, pada perdagangan Kamis (19/3), harga GOOD sudah mulai menghijauh naik 1,37% dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Mengacu pada harga pada Kamis (13/3) ini, dua bos Garudafood yang membeli saham pada 13 Maret lalu sudah meraih cuan karena mereka membeli pada kisaran harga Rp 1.070 hingga Rp 1.085. Meski untuk Hartono Atmadja ada yang dibeli pada harga Rp 1.150 yaitu sebanyak 400 lembar.

Aksi beli saham sendiri juga dilakukan oleh Direktur PT Medikaloka Hermina Tbk,Yulisar Khiat. Ia membeli saham perusahaan rumah sakit itu pada 6 Maret sebanyak 39.800 lembar pada harga Rp 2.972. Kemudian pada 9 Maret sebanyak 307.400 lembar pada harga Rp 2.749.

Baca Juga :   Gelar Kompetisi Bions Cuanpionship 2, Upaya BNI Sekuritas Majukan Pasar Modal

Sehari kemudian, Yulisar kembali membeli sebanyak 96.600 lembar pada harga Rp 2.723. Dan terakhir ia membeli pada 11 Maret sebanyak 56.200 lembar pada harga Rp 2.668.

Dengan transaksi tersebut, kepemilikan sahamnya di Hermina pun bertambah menjadi 350.391.200 lembar atau 11,79% dari sebelumnya 349.891.200 lembar.

Yulisar tak sendirian, direksi Hermina lainnya yang memborong saham adalah Aristo Sungkono Setiawidjaja yang masuk ke pasar lebih awal yaitu sejak 2 Maret hingga 13 Maret. Total yang dia beli pada kurun waktu tersebut sebanyak 3,5 juta lembar pada harga yang berbeda-beda. Kepemilikannya pun meningkat dari 15 juta lembar saham menjadi 18,5 juta lembar saham.

Meski merupakan emiten rumah sakit yang seharusnya bisa mendulang untung di tengah wabah penyakit, tetapi harga saham Hermina juga ikutan ambruk bersama saham-saham perusahaan lainnya. Sejak awal tahun, harga emiten dengan kode saham HEAL ini turun sebesar 40,60% dari Rp 3.670 pada awal tahun. Pada perdagangan Kamis (19/3), harga saham HEAL turun 6,84% ke level Rp 2.180.

Baca Juga :   Analis: Rumor Pelepasan Saham Permata Bank, Investor Harus Jeli

Masih banyak lagi direksi dan komisaris perusahaan terbuka yang memborong saham di saat banyak inevstor kabur. Anda bisa membacanya dengan klik di sini dan di sini.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Tagssaham

Leave a reply

Iconomics