Edukasi Literasi Keuangan Lewat Digital Diharapkan Mampu Jangkau Masyarakat Secara Luas

0
453

PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) akan menjangkau 3 segmen sebagai strategi untuk mengedukasi dan menjangkau seluruh pemangku kepentingan di era digital. Meski pada akhirnya ditujukan kepada konsumen, pertama-tama yang perlu dijangkau itu adalah tenaga pemasar Purdential. Mengapa?

Menurut Sharia, Government Relations, and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo, pihaknya memahami betul bahwa edukasi itu harus dilakukan di internal dulu khususnya tenaga pemasar. Sebab, tenaga pemasar ini yang nantinya akan menjangkau dan memberi pelayanan kepada calon serta nasabah.

“Soalnya asuransi itu sifatnya jangka panjang sehingga hubungan atau interaksi itu tidak bisa dilakukan dalam waktu bulanan tapi tahunan. Selain itu tentu saja aka nada edukasi kepada nasabah, komunitas dan masyarakat umum,” kata Nini dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (20/4).

Edukasi menjadi penting, kata Nini, karena merujuk kepada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait dengan literasi dan inklusi asuransi yang masih rendah dibanding sektor keuangan lainnya.  Pada 2019 literasi asuransi masih 19%, sementara inklusi asuransi hanya sekitr 13%.

Baca Juga :   Mind Id Bukukan Laba Bersih Rp 27,5 T untuk 2023 atau Naik 22,4% Dibanding Tahun Sebelumnya

Data ini, kata Nini, menunjukkan meski banyak orang yang paham tapi belum mau membeli produk asuransi. Itu sebabnya literasi menjadi penting karena akan mendorong tingkat inklusi keuangan. Dan diharapkan kenaikan inklusinya itu berkualitas.

Mengutip OJK, Nini mengatakan, literasi penting karena pertama memiliki kemampuan dan merencanakan keuangan yang lebih baik. Kedua, mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan ang sesuai dengan kebutuhan.

“Dapat terhindar dan terlindungi dari efektivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas. Kami sangat setuju akan hal ini tentu saja,” kata Nini.

Mengacu kepada literasi dan inklusi keuangan itu, pertanyaan berikutnya kenapa masyarakat enggan membeli asuransi jiwa?

Menurut Nini, dari survei yang dilakukan Prudential Indonesia setidaknya ada 5 alasan utama masyarakat tidak membeli asuransi jiwa. Tetapi, dari 5 alasan itu, alasan yang mempengaruhi semuanya yaitu masyarakat tidak tahu banyak tentang asuransi. Berdasarkan itu menjadi penting edukasi mengenai asuransi.

Sementara alasan tidak punya cukup dana, asuransi jiwa terlalu mahal, merasa tidak perlu dan sudah memiliki BPJS Kesehatan, menurut Nini, perlu diteliti lebih jauh. Karena itu, perlu dilakukan edukasi terhadap produk asuransi jiwa.

Baca Juga :   Ignasius Jonan Diangkat Jadi Presiden Komisaris Marsh

“Digital membuka peluang untuk menjangkau masyarakat lebih luas terutama di masa pandemi ini. Apalagi penetrasi internet di Indonesia hampir mencapai 74%, ditambah lagi literasi keuangan digital masih tergolong rendah menurut OJK,” kata Nini.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics