
Dalam Skenario Terbaik, BRI Danareksa Sekuritas Proyeksikan IHSG Tahun 2021 Mencapai Level 6.700

Direktur Utama PT BRI Danareksa Sekuritas, Friderica Widyasari Dewi/iconomics
PT BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 6.700 pada tahun 2021. Proyeksi optimistik ini berdasarkan perkiraan kondisi ekonomi yang memabaik pada tahun depan dan juga bila vaksinasi berjalan sesuai dengan ekspektasi.
Direktur Utama PT BRI Danareksa Sekuritas, Friderica Widyasari Dewi mengatakan kondisi makro domestik saat ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian yang ditunjukan dengan pemulihan neraca perdagangan. Fungsi interemdiasi perbankan diperkirakan akan mulai membaik sejalan dengan proses pemulihan ekonomi nasional.
Pasar modal pun dalam tren optimis setelah Bank Indonesia menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) hingga level 3,75% pada tahun 2020 ini.
“Kita ada beberapa skenario yaitu skenario best case dan worst case. Kalau best case yang kita prediksikan Jakarta Composite Index (IHSG) di tahun 2021 bisa mencapai 6.700, kalau yang moderat kita perkirakan di 6.137 dan worst di level 5.900,” ujarnya dalam webinar ‘Proyeksi Pasar Modal Indonesia 2021’, yang digelar Iconomics, Jumat (18/12).
Perempuan yang disapa Kiki ini mengatakan ada sejumlah faktor penentu pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 termasuk Indonesia. Pertama, vaksin. Diharapkan bila vaksinasi berjalan dengan baik, tingkat kepercayaan (confidence) masyarakat kembali meningkat sehingga permintaan yang menumbuhkan konsumsi pun kembali naik.
“Kemudian kebijakan pemerintah, baik fiskal maupun moneter setiap negara itu juga sangat mempengaruhi terutama dalam stimulus pemulihan ekonomi,” ujar Kiki.
Inflasi yang cenderung stabil pada tahun depan juga akan mempengaruhi pasar modal. Investor asing juga cenderung memindahkan asetnya dari safe haven Amerika ke tempat yang memiliki return lebih tinggi termasuk Indonesia.
“Walaupun kasus Covid-19 di Indonesia saat ini pertumbuhan mencapai sekitar 6.000 per hari, dan totalnya sudah 600.000 kasus, namun investor asing maupun lokal diyakini optimis dengan prospek pasar saham ke depan,” ujarnya.
Terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat juga memberikan sentimen positif di pasar modal karena diperkirakan kebijakannya lebih bersahabat dan tidak mengaggetkan. “Ini juga langsung terefleksi di indeks kita dan juga di luar ketika Joe Biden-lah yang menjadi pemenang. Dan yang menarik beliau ada kebijakan untuk meningkatkan pajak korporasi. Ini juga justru akan mendatangkan hal positif di Indonesia, karena membuat dana-dana mengalir ke negara berkembang termasuk Indonesia,”ujarnya.
BRI Danareksa Sekuritas memproyekskan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 tumbuh pada renang 3-4,2%. Kiki mengatakan proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan sebelum Bank Indonesia menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) hingga level 3,75%.
Kiki mengatkan BI7DRR ini diperkirakan akan tetap berada di tingkat yang rendah seiring dengan Fed rate yang masih rendah dan masih akan berlanjutnya kebijakan moneter akomodatif dari BI. Nilai tukar rupiah diperkirakan berada di 14.150-14.600, menuguat dibandingkan proyeksi sebelum diumumkan pengumuman penurunan BI rate.
Dalam jangka pendek ada sejumlah katalis positif yang diperkirakan akan menggerkan IHSG seperti pengembangan vaksin yang semakin menunjukkan hasil yang menjanjikan. Kemudian implementasi UU Cipta Kerja, stabilitas sistem keuangan dan ketahanan ekseternal yang baik. Kemudian akselerasi pemulihan ekonomi China dan terpilihnya Biden dan kenaikan harga komoditas yang membantu peningkatan ekspor.
Disamping katalis positif tersebut, risiko yang masih membayangi arah IHSG adalah jumlah penderita Covid-19 masih dinamis. “Ini walaupun terus meningkat, tetapi kalau kita lihat orang optimis karena tingkat kesembuhan juga cukup tinggi saat ini. Tetapi tentu kita harus tetap menjaga 3M,” ujar Kiki.
Risiko lainnya adalah masih terbatas permintaan domestik, konsumsi yang masih belum pulih dan mobilitas yang masih terbatas tidak hanya antar negara tetapi juga bahkan antar kota di Indonesia.
Stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada tahun 2021 juga semakin terbtas seiring dengan berkurangnya defist dan normalisasi defisit anggaran. Risko negatif lainnya adalah pemulihan antar industri yang tidak seimbang yang menghasilkan disparitas sektoral dan membutuhkan waktu untuk mencapai keseimbangan.
Leave a reply
