
Bukukan Laba Bersih Rp 71 M Tahun Lalu, Barata Targetkan Kenaikan 100% di 2020

Direktur Utama PT Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno (kanan)/The Iconomics
PT Barata Indonesia (Persero) mencatatkan kinerja keuangan positif pada 2019. Perusahaan ini disebut mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 71 miliar di 2019 atau naik 4,4% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 68 miliar.
Direktur Utama PT Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno mengatakan, di samping laba, pendapatan perseroan juga naik tipis menjadi Rp 2,2 triliun di 2019. Tahun sebelumnya pendapatan Barata mencapai Rp 2,1 triliun.
Pendapatan perseroan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) mencapai Rp 206 triliun di 2019. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 204 triliun. Hasilnya, total nilai aset pun mengalami peningkatan sebesar 8% secara tahunan dari Rp 4,5 triliun di 2018 menjadi Rp 4,9 triliun pada 2019. Dari sisi ekspor pun perusahaan ini mampu mencetak nila sebesar Rp 432 miliar pada 2019.
Untuk 2020, kata Fajar, pihaknya menargetkan laba dua kali lipatmengikuti peningkatan ekspor yang juga ditargetkan naik dua kali lipat. “Kalau berhasil operational excellence penjualan meningkat 50% atau 1,5 kali lipat. Yang penting adalah efisiensi laba meningkat 2 kali lipat dari tahun lalu,” kata Fajar di “Coffee Morning BUMN”, Jakarta, Jumat (21/2).
Diakui Fajar, mayoritas penggunaan barang berat di Indonesia masih minim. Apalagi pangsa pasar di Indonesia masih kurang banyak untuk barang berat, seperti produk boogies (chassis kereta api) dan mesin turbin. Untuk porsi permintaan produk boogies, kata Fajar, komposisinya 80% untuk ekspor dan 20% untuk dalam negeri. Sedangkan, produk turbin, 90% ekspor dan 10% digunakan dalam negeri.
“Ekspansi produk manufaktur ke luar negeri yang pakai AS, Kanada, Meksiko, Rusia, Jepang dan ada yang peralatan pabrik semen ke Maroko, ada juga peralatan kereta api dan komponen turbin,” kata Fajar.
Secara umum, pangsa pasar yang menyerap produk-produk tersebut berada di benua Amerika dan Eropa. Komposisinya 60% berbanding 40%, dengan total nilai ekspor Rp 432 miliar. Selain kedua benua itu, kata Fajar, pihaknya bersama PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA sedang menjajaki pasar Afrika, khususnya Kongo dan Tanzania. Penjajakan ekspor ini akan mulai dilakukan pada Maret nanti.
Leave a reply
