
BPS: Inflasi Agustus 2019 Tercatat 0,12 Persen

BPS umumkan Indeks Harga Konsumen Agustus 2019/okezone.com
Iconomics – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi 0,12% pada Agustus 2019. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari hingga Agustus 2019 tercatat sebesar 2,48% dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,49%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan harga cabai rawit, emas perhiasan, uang sekolah dan tarif uang sewa rumah menjadi pemicu inflasi pada Agustus 2019. Kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan musim kemarau yang berdampak kepada produksi tanaman panga dan kenaikan harga emas di pasar internasional.
Disebutkan Suhariyanto, kenaikan harga cabai merah berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,1% dan hargai cabai rawit berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,07% kepada kelompok bahan makanan pada Agustus 2019 karena menurunnya pasokan di sentra produksi. “Kenaikan harga cabai merah terjadi karena penurunan pasokan di sentra produksi karena musim kemarau dan menyebabkan kenaikan di 62 kota, misalnya di Mamuju naik 54% persen dan Kupang naik 14%,” kata Suhariyanto.
Di samping itu, kenaikan harga emas di pasar internasional ikut memberi kontribusi inflasi sebesar 0,05% kepada kelompok sandang karena investasi emas yang relatif aman dan diburu oleh investor seiring dengan ketidakpastian global. Lebih lanjut, kata Suhariyanto, kenaikan tarif uang sekolah untuk SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi karena tahun ajaran baru juga berkontribusi terhadap inflasi untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing 0,04%, 0,02% dan 0,01%.
Kenaikan tarif sewa rumah, kata Suhariyanto, juga berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,02% kepada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan untuk pemeliharaan rumah. Kendati demikian, terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga dan menekan laju inflasi pada Agustus 2019 yakni tarif angkutan udara karena adanya kebijakan tarif murah di rute dan jam tertentu serta bawang merah, bawang putih dan tomat sayur karena usai masa panen.
“Penurunan tarif angkutan udara memberikan andil deflasi 0,11% di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan karena kebijakan biaya murah di rute dan jam tertentu. Penurunan ini terjadi di 47 kota, misalnya di Kendari turun 22%, kemudian Solo, Maumere dan Mataram 21%,” kata Suhariyanto.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS mencatat sebanyak 44 kota mengalami inflasi dan 38 kota menyumbang deflasi pada periode ini. Inflasi tertinggi terjadi di Kudus sebesar 0,82% dan terendah terjadi di Tasikmalaya, Madiun dan Pare-Pare masing-masing sebesar 0,04%. [Ant]
Leave a reply
