
BI Optimistis Bisa Redam Dampak Covid-19, Pertumbuhan 2020 Sekitar 2,3%

Gubernur BI Perry Warjiyo/antaranews.com
Bank Indonesia mengklaim telah menerapkan langkah-langkah pelonggaran kuantitatif untuk menjaga stabilitas moneter serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di pasar keuangan global selama ini. Lewat langkah itu BI telah menginjeksi Rp 300 triliun berupa pembelian kembali Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Juga mengintervensi pasar spot maupun Domestic Non Delivery Forward (DNDF) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Saya katakan BI telah menginjeksi likuidasi hampir Rp 300 triliun di samping menurunkan suku bunga (acuan) menjadi 4,5%. Itu langkah-langkah pelonggaran yang dilakukan BI,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo lewat telekonferensi di Jakarta, Kamis (2/4).
Perry mengatakan, BI dan pemerintah mencari cara untuk meneruskan injeksi likuiditas terhadap sektor keuangan tersebut sehingga berdampak terhadap sektor riil yang terpukul karena wabah virus corona. “Itulah masalahnya sehingga injeksi likuiditas BI tersebut bisa menumbuhkan konsumsi masyarakat, menumbuhkan UMKM dan menumbuhkan dunia usaha,” tutur Perry.
Stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah karena itu, kata Perry, sangat dibutuhkan untuk membangun daya beli masyarakat serta ketahanan dunia usaha dalam kondisi yang tidak normal. Karena itu, stimulus fiskal yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 dapat membantu masyarakat untuk mempertahankan daya beli.
Dengan demikian, konsumsi masyarakat yang selama ini telah berpacu mendorong perekonomian tetap terjaga dan terus berjalan lancar. Dalam Perppu tersebut tertuang beberapa program stimulus fiskal seperti penambahan dana anggaran sebesar Rp 70 triliun bagi sektor kesehatan, dan Rp 110,1 triliun untuk program bantuan sosial (bansos) atau jarring pengaman sosial.
Juga ada stimulus berupa keringanan pajak bagi dunia usaha, termasuk untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 70 triliun dan penyaluran dana sebesar Rp 150 triliun untuk pemulihan ekonomi industri.
“Ini yang dari fiskalnya melakukan stimulus agar masyarakat konsumsinya naik, dunia usahanya naik, dan injeksi likuiditas yang dilakukan bank sentral ini klop sehingga yang mengalir ini tidak terbatas pada sektor keuangan saja namun bisa mengalir ke sektor riil dengan stimulus fiskal,” katanya.
Perry pun berharap, melalui langkah-langkah tersebut dan berbagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 bisa meredakan dampaknya dan memulihkan kondisi perekonomian Indonesia. Dengan kerja sama yang erat antara BI, pemerintah dan lembaga-lembaga seperti OJK, LPS dengan menerapkan kebijakan fiskal yang hati-hati, Perry optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak turun di bawah 2,3% tahun ini.
Leave a reply
