
Ajak Dialog Pemegang Sukuk, Garuda Indonesia Kesulitan Bayar Utang Jatuh Tempo?

Pesawat Garuda Indonesia/Istimewa
Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengajak melakukan “dialog konstruktif dan terbuka” dengan para pemegang sukuk (sukukholders) yang jatuh tempo pada Juni 2020 ini.
Nilai utang jatuh tempo tersebut adalah US$ 500 juta. “Panggilan perusahaan yang tertuju pada sukukholders untuk melakukan dialog merupakan salah satu upaya perusahaan dalam memastikan keberlangsungan usaha serta memastikan pengelolaan perusahaan secara proaktif di tengah ketidakpastian industri penerbangan ini,” demikian disampaikan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Fuad Rizal dalam pengumuman di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (5/5) lalu.
Manajemen Garuda tidak menjelaskan secara terang maksud dan tujuan dari “dialog konstruktif dan terbuka” ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra tidak berkomentar banyak saat ditanya soal maksud dari “dialog konstruktif dan terbuka ini”.
“Diskusi opsi-opsi yang ada,” ujarnya ketika ditanya melalui aplikasi pesan WhatsApp pada Rabu (6/5).
Ditanya apa saja opsinya, ia mengatakan “semua opsi yang ada”, tanpa menjelaskan lebih jauh.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2019 yang diaudit, jumlah kas dan setara kas Garuda Indonesia sebesar US$ 299,35 juta. Jumlah ini tentu saja lebih kecil dibandingkan nilai sukuk yang jatuh tempo pada Juni 2020 yaitu US$ 500 juta.
Pada 30 April lalu, Garuda Indonesia sudah mendapatkan fasilitas pinjaman jangka pendek dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) senilai US$ 50 juta atau Rp 2 triliun.
Selain fasilitas pinjaman jangka pendek tersebut, Garuda Indonesia juga menerima fasilitas Bank Garansi (BG)/Stand by Letter of Credit (SBLC) senilai US$ 200 juta.
Arus kas perusahaan penerbangan memang tersendat akibat pandemi Covid-19. Berbagai kebijakan pengendalian Covid-19, membuat maskapai penerbangan kehilangan penumpang dan terpaksa membatasi operasionalnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret lalu jumlah penumpang pesawat rute domestik turun 20% menjadi 4,58 juta, dari 5,78 juta pada Februari 2020. Sedangkan secara akumulatif Januari-Maret jumlah penumpang pesawat rute domestik sebanyak 16,66 juta, turun 10,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penumpang pesawat rute internasional penurunannya jauh lebih dalam. Pada Maret lalu berjumlah 558.7 ribu, turun 50,44% dibandingkan Februari 2020 yang sebanyak 1,13 juta. Sedangkan secara akumulatif Januari-Maret 2020 sebanyak 3,37 juta, turun 24,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Leave a reply
