Pakar Marketing: 5 Langkah Masuk Pasar Milenial

0
699
Reporter: Bagas Rizkinanda

Industri dinilai perlu segera berbenah dalam menghadapi disrupsi ekonomi dan bisnis saat ini. Jika tidak, maka korporasi dinilai bisa kehilangan pangsa pasar terutama pasar milenial. Agar tidak kehilangan pasar, pakar menyarankan 5 langkah ini.

Pakar marketing sekaligus penulis buku Yuswohady mengatakan, langkah pertama adalah learn, unlearn, relearn dan recycle. Sebagai perusahaan penyedia jasa/produk harus mengubah cara pandang terutama pendekatan terhadap kalangan milenial.

“Kalau dulu kita kudu berpikir selama mungkin, baru keluarkan produk. Sekarang, modelnya kita keluarkan dulu (produk) baru nanti lakukan koreksi, inovasi, dan penyesuaian di tengah jalan, mengikuti kemauan mereka (milenial),” kata Yuswohady di Jakarta beberapa waktu lalu.

Langkah kedua, kata Yuswohady, yakni avoid of fear of disruption. Kebanyakan perusahaan yang eksis saat ini pimpinannya berbeda generasi dengan milenial sehingga ketakutan untuk mengubah pola pikirnya sama dengan kaum milenial.

“Disrupsi jelas ada, itu inevitable. Makanya hilangkan rasa takut itu. Kalau pakai istilah ekonomi, hilangkan emosi, pakai rasio, variabel fungsi. Mengalah dengan pola pikir mereka, ikuti saja,” kata Yuswohady.

Baca Juga :   BNI "Tempel" BNIdirect di Pelindo untuk Permudah Transaksi Keuangan

Selanjutnya yang menjadi langkah ketiga, menurut Yuswohady, adalah reframing mindset. Berkaca dari pengalaman Gojek yang memakai metode opposite think. Membangun bisnis dari pemikiran yang nggak punya kendaraan, sopir atau restoran. Lalu, mereka bikin sistem kemitraan. Karena itu, ketakutan itu coba diarahkan ke sana, bahkan nantinya menjadi inovasi.

Kemudian, langkah keempat adalah menekankan pentingnya memiliki digital aware of thinking alias kesadaran berpikir digital. Yuswohady lalu merujuk kepada Google dan Wikipedia yang kini sudah menjadi self-publishing.

“Pelanggan mereka diberikan empowerment, jadi berperan sebagai produsen sekaligus konsumen. Kalau Google pakai adsense, tinggal yang punya konten kan yang bekerja. Lalu Wikipedia juga sama, bisa diedit dan dibaca sendiri,” katanya.

Terakhir, kata Yuswohady, langkah yang paling penting adalah think like milenial. Berdasarkan pengamatannya, perusahaan penyedia produk/jasa mau tak mau harus memposisikan diri menjadi bagian dari pelanggan kalangan milenial. Dengan kata lain, pola pikir milenial itu cuma satu: sederhana, more for less, minta banyak dengan harga murah.

Baca Juga :   OPPO Siapkan Perangkat Terbaru Respons Keinginan Milenial dan Gen Z

“Itu yang ditawarkan Gojek, Grab, Netflix dan lain-lain. Bayar pakai Gopay atau OVO lebih murah. Mindset milenial suka dimanjakan dan dimudahkan. Mereka suka yang namanya simplicity,” kata Yuswohady.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics