
Kepanikan Global Mereda, Tekanan terhadap Rupiah Berkurang

Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah)/The Iconomics
Tekanan global terhadap nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir dinilai sudah mereda. Meski demikian, ketidakpastian akan stabilitas keuangan di dunia dinilai masih cukup tinggi.
Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, salah satu faktor yang meredakan tekanan dalam sepekan terakhir karena stimulus fiskal pemerintah Amerika Serikat (AS) senilai US$ 2 triliun lebih dan akan ditambah lagi sekitar US$ 600 miliar.
Tidak hanya di AS, di beberapa negara lain seperti Jerman juga turut membuat kebijakan stimulus fiskal untuk mengatasi wabah Covid-19. Juga adanya kebijakan stabilisasi bank sentral di sejumlah negara sehingga memberikan sentimen yang cukup positif terhadap pasar saat ini.
Perry mengatakan, dengan meredanya kepanikan itu, maka nilai tukar rupiah menjadi lebih baik. Buktinya permintaan dan pasokan yang mulai bergerak dengan baik sehingga rupiah yang diperdagangkan kini berada di level Rp 16.350 per dolar Amerika Serikat.
“Mekanisme pasar sudah berjalan baik. Baik dari sisi pelaku antar-bank, juga para eksportir menyuplai pasokan di valuta asing dan juga dari berbagai pelaku,” kata Perry beberapa waktu lalu.
Membaiknya situasi ini, Perry berharap para importir dan pelaku usaha yang memerlukan dolar agar bisa masuk ke Domestic Non Delivery Forward (DNDF). Sebab, premi fasilitas tersebut relatif lebih murah dan bisa melindungi nilai tukar rupiah sehingga kebutuhan dolar bisa dipenuhi tidak hanya dari tunai maupun spot.
“Jadi kebutuhan dolar bisa dipenuhi tidak semuanya dari tunai atau spot, pihak kami juga telah berdiskusi dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara agar kebutuhan valuta asing disediakan oleh perbankan milik negara,” kata Perry.
Leave a reply
