Freeport Indonesia Ungkap Langkah-langkah Dekarbonisasi

0
200

PT Freeport Indonesia (PTFI) menggarisbawahi peran penting tembaga dalam mendukung ekosistem energi terbarukan dan elektrifikasi. Peningkatan permintaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan pengembangan listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) membuat permintaan tembaga dunia pun meningkat. Terlebih, sekitar 70% kebutuhan tembaga dunia adalah untuk menghantarkan listrik.

“Tembaga merupakan bahan yang sangat dibutuhkan dalam menghasilkan energi terbarukan (renewable energy), digunakan untuk pengoperasian mobil listrik, panel surya, dan turbin angin. Kendaraan listrik membutuhkan tembaga empat kali lipat lebih banyak daripada mobil konvensional, dan 70% tembaga di dunia digunakan untuk menghantarkan listrik. Dengan kata lain, listrik tidak sampai ke konsumen tanpa tembaga,” kata Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas dalam keterangan resminya.

PTFI juga mengungkapkan upaya mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 30% pada tahun 2030 dengan merumuskan strategi dekarbonisasi yang berfokus pada bisnis dan operasional pertambangan. PTFI menyampaikan bahwa PTFI berhasil menekan emisi dari kegiatan operasional tambang bawah tanah sebesar 22% pada tahun 2022. Salah satu inovasi yang dilakukan dalam upaya tersebut adalah dari penggunaan alat angkut bijih tambang bertenaga listrik.

Baca Juga :   Implementasikan ESG, FIF Group akan Tambah Pemasangan Panel Surya

“Kami menggunakan sistem kereta listrik otomatis bawah tanah yang dapat mengangkut 110 ribu ton bijih per hari, menggantikan truk-truk besar berbahan bakar diesel. Alat angkut ini mampu mengurangi emisi karbon sekitar 80 ribu metrik ton per tahun,” kata Tony.

Upaya lain yang dilakukan PTFI dalam mengurangi emisi adalah menggunakan pembangkit listrik (power plant) baru berteknologi dual fuel engine baik pada kegiatan operasi di hulu maupun hilir. Saat ini, PTFI meningkatkan penggunaan energi berkelanjutan dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 128 MW, yang akan ditingkatkan menjadi 168 MW.

PTFI juga merencanakan penggantian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berkapasitas 267 MW pada tahun 2027, dengan harapan dapat mengurangi emisi GRK hingga 62 persen. “Semoga semua bisa tercapai sesuai rencana sehingga PTFI dapat benar-benar berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon seperti yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia,” lanjut Tony Wenas.

Leave a reply

Iconomics