
Dirut Sarinah: Pemugaran Gedung Masih On Track dan On Schedule

Menteri BUMN Erick Thohir didampingi Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati mengunjungi restorasi relief/Dok. Sarinah
PT Sarinah (Persero) tengah melakukan pemugaran Gedung Sarinah sebagai bagian dari transformasi bisnis Sarinah. Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati menjelaskan kepada Menteri BUMN Erick Thohir bahwa proses pemugaran gedung Sarinah secara prinsip masih on track dan on schedule walau di tengah-tengah pandemi Covid-19.
Fetty bahwa Sarinah sebagai gedung dengan predikat cagar budaya juga memiliki sebuah karya seni rupa patung relief. Relief ini melambangkan kegiatan ekonomi rakyat jelata yang pada saat itu bertumpu pada hasil pertanian, perkebunan, perikan dan kerajinan. Selaku proklamator dan Presiden pertama Indonesia, Bung Karno adalah seorang seniman dan yang mencetuskan pembuatan karya seni ini. keberpihakan kepada ekonomi kerakyatan sudah merupakan semangat para pendiri bangsa ini.
Menurut Asikin, salah seorang tokoh dan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) karya seni ini ukurannya sangat epik serta gigantik. Bahkan pada saat dibuat sudah menggunakan teknologi pengecoran panel tunggal moderen. Demikian pula saat Sarinah dibangun sebagai perwujudan modernisasi yang pada masanya adalah mercu suar kebangkitan ekonomi bangsa yang unggul yang berpihak pada ekonomi rakyat yang istilah saat ini adalah UMKM. Relief ini juga terus mengingatkan amanah Sarinah untuk membesarkan mereka. Sejarah Sarinah yang pada tahun 80’an yang pernah terbakar dan pelebaran koridor pengunjung relief ini dipindahkan dan disimpan di lantai dasar. Berkenaan dengan transformasi dan renovasi Gedung Sarinah maka relief ini akan direstorasi dan dipamerkan saat pemugaran usai dan Sarinah beroperasi kembali.
Menteri Erick meminta agar karya ini direstorasi sedapat-dapatnya kembali seperti sedia kala, dan saat Sarinah kembali dibuka relief ini dapat dipamerkan kepada publik.
Relief ini menurut catatan beberapa ahli sejarah, dan seni rupa nasional, dibuat oleh kelompok seniman Yogyakarta pada masa konstruksi (1962-1966) yang menampilkan para penjaja dan pelapak yang melambangkan perjuangan rakyat kecil mencari nafkah. Menurut catatan pencipta tahu pembuatan relief ini adalah kelompok pematung, pelukis dari Yogyakarta. Arsitek atau desainer patung ini masih ditelusuri oleh TACB juga blue print atau cetak birunya, karena penting untuk pekerjaan restorasi.
Leave a reply
