Dirkeu BRI Sebut BUMN Punya Peran Ganda untuk Negara

0
1027

PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI (Persero) Tbk menyadari tugas ganda yang diembannya sebagai badan usaha milik negara (BUMN). Di samping memberikan atau menciptakan nilai sosial, BRI sebagai BUMN juga dituntut untuk menciptakan nilai ekonomi (profit).

“Saya tidak mau membua kedua hal ini dikotomis karena keduanya sesungguhnya memiliki satu arah. Apalagi sekarang ada tren bisnis yang secara etis dituntut untuk memperhatikan aspek sosial dan lingkungan agar perusahaan itu berkelanjutan. Jadi, keduanya harus berjalan,” kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo dalam sebuah webinar bertajuk BUMN Lokomotif Ekonomi: Masa Depan Agen Pembangunan Pasca-Undang Undang Cipta Kerja, Selasa (3/11).

Haru mengatakan, jika bisnis memperhatikan aspek sosial, maka perusahaan apapun itu akan mampu berkelanjutan. Untuk menjalankan hal itu, BRI secara ekonomi menyumbang kepada negara dalam bentuk dividen dan pajak.

Untuk dividen 2019, misalnya, kata Haru, BRI menyumbang sekitar Rp 11,7 triliun. Sementara itu untuk pajak 2019, BRI menyumbang sebesar Rp 17,3 triliun. Selama perjalanan panjangnya, BRI selalu berkontribusi untuk negara.

Baca Juga :   Bank Mandiri Bukukan Laba Bersih Rp12,6 Triliun di Kuartal I-2023

“Di samping itu, program-program pemerintah yang sudah dijalankan sebagai bagian dari fungsi sosial yang dimulai dari 2015 adalah kredit usaha rakyat (KUR). Total 2015 hingga September 2020 mencapai Rp 422 triliun,” kata Haru.

Sementara itu, kata Haru, khusus untuk 2020, BRI telah merealisasikan KUR per September 2020 mencapai Rp 90,1 triliun dari total kuota Rp 140,2 triliun. Pemyaluran KUR ini disebut membantu para nasabah yang membutuhkan permodalan terutama dari kalangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Berkaitan dengan masa krisis karena Covid-19, kata Haru, UMKM memang sangat terdampak. Itu karena kebijakan pembatasan sosial sebagai cara untuk mencegah penyebaran Covid-19. Dengan demikian, belanja masyarakat turun, permintaan turun sehingga otomatis kebutuhan pelaku usaha untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha juga turun.

“Jadi, pertumbuhan kredit pun di 2020 ini setidaknya hingga September hanya 1%.  Krisis karena Covid-19 dibandingkan krisis 1998 memang beda. Di masa 1998, sektor perbankan tergerus karena kredit macet mencapai 48,6% dan CAR-nya -15,7%. Tapi, sektor UMKM sesungguhnya tetap jalan,” kata Haru.

Baca Juga :   BNI Siapkan UMKM Binaan Jadi Pemain Global di Masa Pandemi

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics